Saturday, September 25, 2010

Cantiknya Keroncong-Ku (Wajah Indonesia)

-->
 “Betapa mudahnya kita menerima kebudayaan baru. Dan begitu mudahnya pula kita melupakan budaya warisan asli bangsa ini.”
-->
Salah satu kebiasaan buruk sebagian masyarakat Indonesia saat ini adalah, tidak menjaga atas apa yang sudah dimiliki nya. padahal tidaklah mudah untuk melahirkan suatu mahakarya budaya indonesia yang sangat istimewa ini. Keroncong menjadi musik yang sangat digemari pada tahun 1950-an. Kehadiran musik keroncong pada saat itu sangat memiliki makna yang mendalam bagi indonesia. karena musik keroncong pada saat itu dianggap sebagai musik pemersatu dari berbagai etnik Indonesia yang pastinya memiliki beragam musik khas daerahnya masing-masing. Sehingga untuk menerima jenis musik dari antar daerah tidaklah mudah, tetapi Keroncong menjadi pahlawan atas polemik yang terjadi pada saat itu.
Mungkin hampir semua bangsa indonesia pernah mendengar salah satu lagu keroncong yang sangat populer namanya hingga saat ini, yaitu Bengawan Solo. Yang merupakan buahkarya yang monumental dan abadi dari seorang seniman yang bernama Gesang. Ya, beliau adalah seniman Indonesia yang mampu menghasilkan karya musik keroncong hingga mendunia. Betapa bangganya Ibu Pertiwi pada beliau yang bisa memperkenalkan budaya indonesia kepada dunia melalui musik. Namun rasa bangga ini tidak dirasakan dan dimiliki oleh seluruh generasi muda Indonesia sekarang. 
Alunan musik keroncong yang sangat harmonis dan sangat menetenteramkan hati ini, ternyata masih belum mendapatkan posisinya dibelantika musik Indonesia. Musik keroncong terasa redup dan tidak bersinar lagi karena terus tergerus oleh arus globalisasi dan modernisasi ini. Pengaruh dari dua arus tersebut sangat besar efeknya. Yang pada kenyataannya sebagian masyarakat indonesia lebih cenderung menyukai musik modern budaya barat yang kini lebih mewarnai nuansa musik di Indonesia. apalagi kebanyakan pelakunya adalah anak muda.
Di lain sisi, ternyata tidak hanya alunan musiknya saja yang bagus. Tetapi kandungan yang dibawa dari musik keroncong itu sendiri juga membawa pesan moral dan perjuangan nilai luhur budaya bangsa.  Tapi mengapa musik budaya barat lebih banyak diminati dan dikembangkan ketimbang budaya asli Indonesia salah satunya adalah Keroncong. Saya menjadi bertanya-tanya sendiri, apakah karena lagu-lagunya kurang enak didengar? Atau mungkin karena keroncong merupakan musik asli dari tanah jawa yang kemudian dalam menyanyikan lagunya juga memakai bahasa asli Jawa sehingga penikmat musik yang tidak mengerti bahasa jawa akan bingung mendengar maksud arti lagu tersebut.
Melangkah jauh daripada itu, musik keroncong pun juga semakin berkembang seiring berjalannya waktu dan zaman. Dan sedikit bercerita, pernah ketika saya melakukan perjalanan sendirian ke kota Solo sekitar empat minggu lalu. Mencoba menikmati keindahan malam dan keramahan kota Solo sambil berjalan kaki, tak sengaja saya melewati jalan yang ditutup karena tempat tersebut menjadi pagelaran Solo Keroncong Festival. Tidak berpikir panjang saya langsung memasuki area festival tersebut dan cukup ramai oleh masyarakat kota Solo dan penikmat musik keroncong. Apa yang saya rasakan ketika mendengar alunan musik keroncong itu? Saya langsung merinding mendengarnya, bukan karena tidak enak tetapia kekuatan dari musik keroncong itu sendiri bisa membuat saya kagum karena keharmonisan musik keroncong yang sangat indah ketika mendengarnya. Dan acara festival keroncong tersebut diramaikan oleh para penyanyi top keroncong dan pegiat musik keroncong di seluruh indonesia, seperti Waljinah, Mus mulyadi, Iin Indrayani, dan HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia). salah satu anggota HAMKRI dari sumatera dimana mereka tetap memainkan instrumen keroncong tapi mereka juga membawa ciri khas budaya aslinya yaitu dengan memainkan instrument keroncong dengan bahasa asli Sumatera dan ditambah alat musik asli dari daerah sana. Dan apa yang bisa saya katakan? Musik keroncong tetap tidak kehilangan warna musiknya walaupun sudah dibawakan dengan bahasa,lagu daerah yang berbeda namun musik keroncong tetap santun, lembut, harmonis di dengar telinga. Bahkan pegiat musik keroncong sekaligus pengisi ada dari luar Indonesia yaitu dari Malaysia dan Singapura.
Singkat cerita saya diatas, bahwa negara lain saja pun menyukai musik keroncong Indonesia bahkan mereka mempelajarinya juga. Jika kondisi ini terus berlangsung dan dibiarkan entah sampai kapan bangsa ini masih mempunyai harga diri dan bermartabat. Bisa-bisa warisan budaya kita yang istimewa ini bisa hilang dan punah karena tidak ada yang meneruskannya.
Harapannya , anak muda sekarang mulai membuka,mata,hati dan telinga nya masing-masing. Ini loh kebudayaan asli Indonesia yang tidak terkira keindahannya. Coba kita mulai sekarang mencari dan mengoleksi lagu-lagu keroncong dan mulai mengurangi mendengarkan musik budaya barat. Bukan berarti kita tidak mengikuti perkembangan musik luar, hanya saja penting rasanya bila  Anak muda juga tidak perlu khawatir karena musik keroncong itu terbatas aliran musiknya. Tidak, sekarang musik keroncong sudah bisa dipadukan dengan jenis aliran musik lain seperti keroncong pop, keroncong dangdut, dan keroncong rock. Walau telah dipadukan, keroncong tetaplah keroncong dengan ciri khas nya. Musik keroncong sebagai identitas bangsa, bahkan sudah menjadi wajah Indonesia. sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan krisis rasa memiliki warisan budaya asli Indonesia kemudian melestarikannya karena bagaimanapun kita sebagai anak bangsa memiliki kewajiban penuh untuk itu dan sebelum memulai melangkah menuju sebuah harapan, menggelorakan semangat ke-Indonesia-an itu harus terus kita tanamkan. Dan secara sederhana mari kita katakan “MUSIK KERONCONG INDONESIA ITU ASIIKKK YAAHH”.

*tulisan ini pernah dilombakan dan juara 1 pada lomba essay yang diselenggarakan BEM FIA UB 2010

Thursday, September 2, 2010

Sajak Pertemuan Mahasiswa

Oleh : W.S. Rendra





Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.
Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan.
Kita bertanya :
Kenapa maksud baik tidak selalu berguna.
Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga.
Orang berkata “ Kami ada maksud baik “
Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?”
Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina
Ada yang bersenjata, ada yang terluka.
Ada yang duduk, ada yang diduduki.
Ada yang berlimpah, ada yang terkuras.
Dan kita di sini bertanya :
“Maksud baik saudara untuk siapa ?
Saudara berdiri di pihak yang mana ?”
Kenapa maksud baik dilakukan
tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya.
Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota.
Perkebunan yang luas
hanya menguntungkan segolongan kecil saja.
Alat-alat kemajuan yang diimpor
tidak cocok untuk petani yang sempit tanahnya.
Tentu kita bertanya : “Lantas maksud baik saudara untuk siapa ?”
Sekarang matahari, semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang panas kita juga bertanya :
Kita ini dididik untuk memihak yang mana ?
Ilmu-ilmu yang diajarkan di sini
akan menjadi alat pembebasan,
ataukah alat penindasan ?
Sebentar lagi matahari akan tenggelam.
Malam akan tiba. Cicak-cicak berbunyi di tembok.
Dan rembulan akan berlayar.
Tetapi pertanyaan kita tidak akan mereda.
Akan hidup di dalam bermimpi.
Akan tumbuh di kebon belakang.
Dan esok hari matahari akan terbit kembali.
Sementara hari baru menjelma.
Pertanyaan-pertanyaan kita menjadi hutan.
Atau masuk ke sungai menjadi ombak di samodra.
Di bawah matahari ini kita bertanya :
Ada yang menangis, ada yang mendera.
Ada yang habis, ada yang mengikis.
Dan maksud baik kita berdiri di pihak yang mana !
Jakarta 1 Desember 1977
Potret Pembangunan dalam Puisi
Sajak ini dipersembahkan kepada para mahasiswa Universitas Indonesia di Jakarta, dan dibacakan di dalam salah satu adegan film “Yang Muda Yang Bercinta”, yang disutradarai oleh Sumandjaja.
sumber : Nusantaranews
Kiprah WS Rendra sebagai penyair, dramawan, budayawan, dan pengkritik sosial terkemuka Indonesia kontemporer, akan terus dikenang. Kritik sosial Rendra yang dituangkan dalam puisi dan drama akan terus mengentak untuk jangka panjang, sekalipun Burung Merak ini sudah terbang tinggi ke balik cakrawala hari Kamis dalam usia 74 tahun. Pengaruh karya seninya akan jauh melewati batas usianya, lebih-lebih karena memang karya seni itu abadi sementara hidup manusia pendek, ars longa, vita brevis . Sebagai kenangan atas jasanya dalam dunia susastra Indonesia dan kevokalannya melakukan kritik sosial. (Kompas).