Thursday, September 8, 2011

Resleting Bibir dan Pikiran

Yeeeaaaayy…

Timeline gue rame soal Munir dan @Poconggg.

Intinya TL  gue itu berbicara soal RAHASIA.

Rahasia kematian munir yang sampai sekarang masih belum tuntas.  Dan…?

Rahasia identitas @Poconggg yang tuntas terbongkar siapa pemilik nya.

Hehehehe…

Ngomong-ngomong soal rahasia, menurut gue rahasia itu pertanda lemah bisa juga menjadi pertanda hebat.

Tergantung apa dulu yang dirahasiakan. Sesuatu yang jahat atau yang baik. Pokoknya sesuatu banget deh.

Gue sendiri sampai sekarang juga punya rahasia dan gue juga menyimpan rahasia orang lain.

Dan alhamdulillah yah gue menyimpan dengan baik rahasia orang lain. Bukan karena gue orang yang tepat sebagai penjaga rahasia tapi……

…emang gue lupa rahasia apa yang udah pernah gue tampung dari temen2 gue.  

Setiap orang yang cerita rahasia nya ke gue, pasti aman. Karena gue orang nya cukup tahu aja. Dan yaudaaaaah.

Kenormalan hidup ini bisa berjalan karena ada rahasia,sob. Tanpa rahasia drama kehidupan kita pasti gak akan semanis ftv di SCTV. Dan gak ada sedikitpun sendi sendi kehidupan yang gak menyimpan rahasia. Bener?

Rahasia itu emang bikin penasaran banget. Seperti kutipan percakapan gue dengan seseorang di chat facebook.

“Something makes me not able to do it, and I got the reason. but it doesn't need you to know ok..”

Mengandung kebanyakan pertanyaan dan rasa inisiatif.

R.A.H.A.S.I.A

By : Gita Rizky Prodipta

Wednesday, September 7, 2011

Sentimen Identitas Supporter Indonesia

Oiya,ada sesuatu yang mendorong gue untuk coba post nih.

Udah pada tahu berita peristiwa supporter bandung yang di serbu massa setelah pertandingan Indonesia lawan Bahrain. Dan gue tahu berita ini dari tweet #RembukMLG @infomalang. Beritanya dikeluarin oleh vivanews.com nah ini linknya http://metro.vivanews.com/news/read/245159-suporter-asal-bandung-diserbu-massa 

Dan lo tahu apa yang bikin heran? Seragam timnas yang dipakai para supporter,ber-lambang garuda itu masih menyimpan kebusukan yaitu sentimen.  Ouuucchhh..shit!

Entah apa karena Indonesia kalah, sehingga insiden tersebut bisa muncul supporternya jadi pada galau dan emosi. Atau sebaliknya jika Indonesia menang, tapi insiden itu tetap terjadi. Kalo iya itu gilaaaa!

Gue asal jakarta, dan kebetulan gue juga kuliah di malang, tapi gue bukan jakmania dan gue juga bukan aremania. 

Bonusnya, gue berada di daerah aman. Aremania sama Jakmania sodaraan. Lalu?

Ini salah satu cara penerimaan yang aman agar lo bisa diterima dengan baik di suatu daerah. Ketika lo mengambil suatu pilihan.

Nah ketika supporter bola asal Bandung mengambil suatu keputusan bahwa mereka akan menonton pertandingan Indonesia lawan Bahrain, sudah tentu kedatangan mereka ke jakarta adalah untuk mendukung timnas Indonesia.

Perhatikan! supporter asal Bandung rela datang hanya untuk merah putih. Dan tidak hanya dari Bandung aja, tapi dari daerah lain di jawa dan luar jawa juga.

Baiklah! Kita lupakan identitas daerah. Karena yang gue tahu, identitas ketika di stadion itu cuma kelihatan dari atribut yang lo pakai dan bawa.

Lo pake baju apa berarti lo dukung ini, dan sebaliknya.

Tapi insiden ini terjadi karena ‘bahasa’, sesuatu hal yang sepele dimana kalo gue pikir-pikir, bahasa bisa menjadi sesuatu yang sangat berbahaya. Sangat di intai dan tentu memasang kecurigaan pada rivalnya. Seiring berjalannya waktu, keterlibatan bahasa dalam berinteraksi ternyata bukan suatu kemajuan, malah gue nilai sebagai suatu kemandekan.

Kalo kita sadari, keragaman itu potensi. Jangan berpikiran sempit. Apa sakingnya orang yang jadi supporter itu fanatik lalu cara berpikirnya jadi cetek? Gak terdidik?

Pelajaran Kewarganegaraan yang lo dapat disekolah, mana impelementasinya?

Diajari toleransi kan? Gimana caranya lo menawarkan sikap yang menunjukkan kepercayaan dan kebersamaan.

Bukan kaya insiden supporter asal Bandung yang di amuk massa.

Gue yakin tiap klub-klub sepakbola gak ngajarin supporternya untuk tawuran. Indonesia juga gak ngajarin gitu, sebagaimana termaktub dalam sila ke-3 Pancasila. Lalu?

Faktor sejarah antar supporter emang musuhan, entah dari kapan deh gue gak tahu. hehe

J.S Mill mengenalkan tentang suatu kebebasan. Kebebesan berekspresi, yang dimana lo berkspresi tapi gak membahayakan orang lain/kelompok lain.  Tapi inget, lo ikut ini atau itu jangan fanatik banget.

Sayang yah, kaos timnas yang dipakai para supporter dimana ada lambang garuda dan simbol bendera tersebut  mengartikan sebagai simbol kedaulatan bentukan dari perbedaan-perbedaan. Ternyata, sentimen-sentimen yang masih terjadi antar supporter sepak bola di Indonesia itu mengalahkan suatu pengalaman tentang kesatuan sebuah negara Indonesia.

Semoga unek-unek gue ini gak menyinggung. Garuda didadaku!