Monday, October 31, 2011

Berita dari si Mahasiswa

Jumat sore, disaat hujan turun. Bau debu yang menebus jendela dan udara yang masuk ke ruangan. Memekikkan hidungku. Aku suka udara saat hujan,entah kenapa membuat suasana jadi rileks aja ketika menghirupnya. Rintik demi rintik mengantarkan aku pada obrolan ringan dengan temanku tentang peringatan bersejarah yaitu Sumpah Pemuda. Oiya, 83 tahun yang lalu 28 Oktober 1928 tonggak perjuangan pemuda bergaung hebat kini menjadi lembaran sejarah seperti gelap yang lalu. Seringan ingatan yang hampir pudar di memori kami tentang sejarah Sumpah Pemuda itu sendiri. Pemuda,ya kami pemuda yang masih muda umurnya, semangat kami juga kencang. Namun keadaan zaman yang semakin tua terus menggerus kami dengan beberapa penyakit arus globalisasi. Hingga semangat dan jati diri kami tak berarah. Salah arah. Seperti tak punya peta untuk dimana semangat ini harus bermuara sebagaimana mestinya.

Tidak cukup baik rekan aku yang lain dalam memaknai Sumpah Pemuda itu sendiri. Apalagi tahu sejarah nya? Namun apakah cukup baik juga bagi kita yang bisa memaknai peringatan bersejarah tersebut? Memandang sejarah, mempelajari sejarah, mengingat sejarah?
Cerita hidup kita pun akan menjadi sejarah pada akhirnya. Album dongeng perjalanan semasa kita mahasiswa kini. Apa yang bisa diceritakan?

Aku terlambat,keluhku. Ada perasaan menyesal karena tidak ikut serta menikmati suguhan teriakan lantang pemuda di pagi hari. Tegasnya langkah kaki,kepalan tangan menari-nari diatas naik turun dengan tegas,mulut memuntahkan nada kekecewaan “REZIM GAGAL..REZIM GAGAL!! Keadilan sudah punah di negara ini”. Serentak teriak kelompok pergerakan GMNI DPC kota Malang tersebut kompak. Gambarku atas berita dari detikcom cerita jumat pagi tersebut. Harusnya pagi itu aku ada disana. Sayang, aku ada di barisan selimut dan seprai tidur dan benda-benda lain yang berserakan di kamarku. Aku ingin berserakan dengan pelopor di bundaran tugu tersebut. Aku ingin berserakan  dengan seragam aparat yang selalu setia mengawasi kegiatan demonstran. Mendokumentasikan aktivitas mereka sampai menyelesaikan misi nya.

Pagi hari boleh aku terlambat, tapi untuk malam nanti ‘Tidak’ !! Aku tak ingin melewatkan momen seperti itu lagi. Ya, aku mendapat kabar bahwa BEM FIA UB dan HMI Malang akan melakukan aksi damai. Dengan jam yang berbeda,lokasi yang berbeda,konsep yang berbeda,jumlah massa yang berbeda, tapi tujuan mereka sama yaitu refleksi peringatan Sumpah Pemuda. @pengajarmuda:   Dalam tweet nya, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 mengukuhkan pentingnya mencapai tujuan bersama di tengah perbedaan yang ada.

Malamnya, DPRD kota Malang kedatangan tamu prajurit beralmamater,yaitu dari BEM FIA UB. Mereka membentuk lingkaran, lalu mereka berorasi,menyanyikan beberapa lagu perjuangan, ditemani lilin-lilin kecil yang menyala bak penghitung waktu kegiatan mereka sekaligus menambah juga dramatisasi aksi tersebut. Asik sekali dilihat. “Hidup Mahasiswa..Hidup Rakyat Indonesia!!!” Ucap orator di tengah lingkaran tiap mengakhiri orasi nya. Tampak semangat dan antusias wajah-wajah demonstran tersebut sambil  mengepalkan tangan keatas lalu berucap “Hidup Mahasiswa..Hidup Rakya Indonesia!!!.

By the way, aku suka dengan teatrikal yang disuguhkan kawan BEM FIA UB. Sederhana,esensi cerita nya dapat, dan sedikit terhibur juga dengan percakapan teatrikal tersebut. Kalo tidak salah dalam teatrikal ada yang nyeletuk seperti ini, “Bro..tenang bro…….(kalimat selanjutnya aku engga hafal)!”,teriak salah satu dari pemain teatrikal tersebut yang terbagi menjadi tiga perwakilan identitas daerah, yaitu Jong Java,Jong Sumatera, dan Jong Madura dalam rekayasa peristiwa bagaimana Sumpah Pemuda kala itu terjadi. Sontak aku dan jossi saling melihat ketika mendengar kalimat tersebut,dilanjutkan tertawa..Hahaha..haha. Lho, dulu itu kata ‘bro’ udah populer ya? Jossi melanjutkan mengambil gambar aksi damai tersebut.

Foto by Gita

Aku dan kawanku Jossi meninggalkan lokasi setelah BEM FIA melakukan tumpengan tanda usai nya aksi tersebut. Koordinator lapangan Saiful ulum mengatakan, hal ini dilakukan sebagai rasa syukur terhadap 83 tahun Sumpah Pemuda dan doa harapan pemuda kedepan.

Pukul 21.00, di bundaran kecil depan stasiun Malang kota baru.  

Jos, bisa ngerasain gak kalo tiap hari aja ada demo/aksi kaya gini dari mahasiswa? Sambil melihat kawan HMI kota Malang yang sedang aksi. Saat itu kawan Eqi S Tyo (Mafia 2008) sedang mimpin aksi,dia master orator nya.

“Bisa! Ini bikin kita kerasa jadi mahasiswa nya,git.”

“Bener,Jos. Coba aja, yang non pergerakan bisa terlibat. Walaupun cuma sekedar gini doang,tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.” Ya, masing-masing emang punya cara sendiri dalam memaknai momen peringatan tersebut dan menunaikan kewajiban nya. Setidaknya mereka aktivis pergerakan sebagai motor perubahan bangsa dan meneruskan tongkat estafet perjuangan. Tercatat, organisasi ekstra mahasiswa emang banyak kontribusi nya mewarnai perjalanan bangsa ini. Seperti GMNI,HMI,PMII,KAMMI,dan lain-lain.



“Ya,ini yang perlu kita renungkan lagi saat Hari Sumpah Pemuda.”,ucap jossi mengakhiri percakapan. Kemudian kami berdua serius juga mendengarkan isi orasi dari elemen organisasi ekstra tersebut yang begitu lantang, tegas, dan berani (menyinggung permasalahan mahasiswa dikampusnya masing-masing,permasalahan kondisi politik di negara ini,dan lain-lain). 

Seperti lirik lagu Efek Rumah Kaca yaitu "Di Udara" tribute to Munir, Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti. Semangat mahasiswa memang harus dikobarkan, kalau bisa dibakar terus. Jangan sampai redup semangat nya. Kalau redup engga merdeka kita nya. Mungkin salah satu nya dengan aksi/demonstrasi. Berani bertindak, berarti berani mengubah. Karena harapan itu ada kalau ada pergerakan. 

Jepretan foto kami ini nantinya akan menjadi cerita dan pergerakan kecil di pigura apresiasi. Sebagai catatan rentetan mahasiswa yang melakukan peranan nya dalam memperingati Sumpah Pemuda ke-83. Hidup Mahasiswa!! Pemuda itu selalu mengubah  Indonesia jadi lebih baik !

*Sayang, kawan GMNI&PMII tidak sempat terdokumentasikan aksi nya, karena kurangnya informasi.

Friday, October 28, 2011

S. E. L. A. M. A. T     H. A. R. I.    B. L. O. G. G. E. R



S. E. L. A. M. A. T     H. A. R. I.    B. L. O. G. G. E. R

Friday, October 21, 2011

BUANG AIR BESAR KEHIDUPAN

Sebenarnya hampir tidak jauh berbeda menulis di buku yang berhalaman sekitar 40 lembar. Buku yang aku maksud adalah Blackbook DIANNS. Entahlah, gue sendiri juga engga tahu asal usul penamaan buku itu kenapa diberi nama blackbook. Menyeramkan sekali. Bila diartikan dalam bahasa Indonesia artinya sih adalah Buku Hitam. Wah, maaf ini bukan kitab ilmu hitam Ki jowir jontor. Hahaha.. tapi memang kemasan luar buku tersebut berwarna hitam kok makanya dinamakan blackbook. Terus dalamnya? Warna cokelat aja deh. #eitss

Oiya..Blackbook DIANNS itu isinya apa sih? Isinya itu ya macam-macam. Ada yang isinya sekedar curahan hati ngomongin si ini si itu,opini bebas yang kemudian menjadi debat berparagraf-paragraf,sebaris dua baris sajak/puisi,atau gambar-gambar bercerita/karikatur yang dikemas sangat kreatif dan menarik hingga pembaca Blackbook DIANNS terasa kenyang ketika menyeruput nya.


Bersambung lead di paragraf awal, walaupun tidak jauh berbeda pasti ada perbedaannya. Persamaan nya jelas,yaitu sama-sama menulis. Beda nya apa? cuma di media nya aja. Ibarat mandi di sungai sama di hotel, enakan yang mana coba? Kalo di sungai kita cuma ngerasain satu macam suhu air aja,tapi kalau di hotel kan bisa air hangat. Ah gak mau hangat. Okey, air dingin juga bisa.  Mau yang agak panas, air dingin nya dikurangin. Mau yang gak ribet dan pasti PAS ? Nah,mending mandi pakai Premium/solar aja. PERTAMAXXX udah ane amanken pakai capslock!!! -_____-


Oiya,kembali serius yah? | “Kembalian nya mana,kaaaaak?”  Jancuk!!! Sekarang waktunya serius…asuuu! *lempar tissue* | KENAPAAAA mesti tissue???????????? | sorry rahasia! rahasia itu mahal harganya.Hehehe...


Ehiya,salah satunya ya kaya gini ini kalo kita ngeblog. Kita bebas menuliskan sesuatu secara bebas tanpa syarat, apapun itu. Semuanya tergantung dari teman-teman pas lagi nulis otak dan mood nya lagi kemanaaa...kemanaaaaa.. ku harus kemanaaaaa..?! *ayutingting mode on* tsaaaahh! Oiya genre menulis juga ada macam nya, ada jazz, pop, punk, dangdut, hiphop, hardcore,metalcore, piscore atau pengcore? *jawab di dalam hati, jangan NYENGIR apalagi KETAWA! INGEEET!!! | Engga. Gue lupa kok! APAAAA????! :p


Sumpah ya, ini tulisan tergoblok yang pernah ada di Blog gue. Serius campur komedi. Catatan tulisan serius campur komedi gue yang baru dimulai saat ini. Ya,saat ini nih,TULISAAAANNN YANG INI NIHHHH!! INIIIHHHH! Terus yang diatas barusan itu,APAAAAAAHHH?????


TERUS SIAPA YANG SALAAAHHH??!!!! *balik ngancem* | Iya dah.. elo yang paling bener dah. *ancaman yang tertukar* :(


Udah ah capek mainan nya. Kebanyakan main malah gak punya bakat nantinya. *loh?


Jadi gini yang ingin gue sampaikan. Menulis blog itu seperti buang air besar.  Sebuah kegiatan wajib (rutin malah)  yang pasti kita lakukan tiap pagi dan ditutup pada malam hari, minimal sehari satu, lebih juga boleh. Kotoran nya adalah tulisan dan septictank nya adalah Blog. Analogi sederhana gue mantep kan! Sama sih kaya kuliah, kotoran nya adalah tandatangan dan septictank nya adalah kelas. Nah, sekarang gue sodorin pertanyaan, apa iya lo tau jenis kotoran yang bakal keluar itu kaya gimana ‘tinja/feses’ nya?engga kan! Intinya lo tetep harus ngeluarin. Mau di ‘empet’? ya kecirit dong!  Dalam keadaan kaya gini apa yang lo perbuat? Hidup itu terus bergerak bung, waktu terus bergerak, sementara kehidupan yang serba rumit ini akan terus berputar dan melahirkan pertanyaan dan pandangan.  Apa iya cuma puas nulis status di facebook  dan 140 karakter aja di twitter? Pengalaman/kisah/pandangan apa deh yang bisa kalian suguhkan ke kita? Padahal banyak orang yang tidak kamu kenal maupun kenal akan menunggu-nunggu jalan ceritamu melalui blog. Lalu? Baiklah, akan gue mulai dari lembaran ini…

by: @Izkelmogita

Tuesday, October 18, 2011

Stripdagen Haarlem

17 Oktober 2011
Ketika semalam suntuk di depan laptop dan mantengin timeline . Kemudian bang @motulz ngetweet dalam akun twitternya "Ah udah jam 24.00 malam udh pada tidur kan? J Asik ga ganggu.. mo share ah ttg pameran komik di Belanda, namanya Stripdagen Haarlem”.  Nah dengan seketika mata gue langsung terang. Secara timeline yang gue pantengin sebelum-sebelumnya pada butuh #freepukpuk istilahnya @benakribo bagi yang sedih atau galau. Oke, kali ini gue ingin merangkum tweet nya bang @motulz tentang Stripdagen Haarlem menjadi artikel karena ini menarik banget.

Stripdagen Haarlem adalah acara pameran komik yang menjadi tempat berkumpul nya para komikus-komikus di seluruh dunia. Lokasi nya di kota Haarlem, Haarlem merupakan kota kecil deket Amsterdam.  Nah siapa peserta nya? jelas komikus dong. Kebanyakan memang komikus yang hadir di Stripdagen ini adalah komikus graphic novel dan komikus top-top nya Eropa. Wow…awesomeStripdagen Haarlem seru banget karena menjadi ajang temu antar komikus berbagai negara. Bayangkan, di sebuah lapangan besar, kafe-kafe dan bar isinya komikus semua. Mereka saling bawa share portofolio,liat-liatan karya dan tukeran job deh,ujar bang @motulz.

Salah satu peserta Stripdagen Haarlem yang dari Belanda adalah Peter Van Dongen. Karya Peter Van Dongen salah satunya adalah komik “Rampokan Java”. Gaya menggambarnya kayak Herge. Nah Herge itu gaya komik semacam “Tintin”. Peter Van Dongen dengan gaya gambar (Herge)Tintin” mengemas nya dengan suasana Indonesia. Menarik bangeet kan? Nah salah satu gambar nya seperti ini. Gambar Peter Van Dongen tentang perjanjian “LinggarJati”

Sumber gambar twitpic @motulz
Bang @motulz yang mewakili Indonesia di acara Stripdagen Haarlem tersebut, menanyakan kepada komikus Belanda perihal kemungkinan mencari nafkah dari bikin komik bagaimana? Jawabnya ‘susah’. Emangnya sesusah apa sih? Alasannya adalah komik dari Belanda bisa masuk ke Belgia dan France dan itu merupakan impian para komikus Belanda.  Butuh waktu delapan tahun  Peter Van Dongen komik nya baru bisa tembus ke Belgia dan France. Padahal gaya gambar yang (herge) Peter Van Dongen juga banyak di Belgia dan France. Ada alasan lain yaitu, Peter Van Dongen sadar bahwa banyak komikus-komikus Eropa tidak mengambil tema Indonesia. Ide nya dimulai dari situ. Hingga mengantarkan ‘Rampokan Java’ sukses kemudian lanjut ke ‘Rampokan Celebes’ (Sulawesi). Peter Van Dongen menjadi selebritis komik terkenal di Eropa.

You know? Peter Van Dongen masih ada darah Indonesia lho. Ibu nya berdarah Makassar dan dia suka sekali Indonesia. Nah ini salah satu panel komik Peter Van DongenGambar 'Rampokan Celebes'.
Sumber gambar twitpic @motulz
Peter Van Dongen dengan gaya herge di bikin 'Tintin' di Jawa.
Sumber gambar twitpic @motulz
Selain Peter Van Dongen yang bang @motulz kenal, ternyata ada lagi yaitu The Tjong Khing komikus Belanda yang asli Indonesia.  The Tjong Khing ini ternyata satu almamater dengan bang @motulz alumni senirupa ITB tahun jadul, katanya.  The Tjong Khing ke Belanda buat jadi tukang gambar. Karir nya di dimulai menjadi tukang fotokopi di sebuah studio komik Amsterdam. Belum beruntung memang nasib The Tjong Khing,hingga akhirnya The Tjong Khing berani mencoba terima sidejob dari komikus-komikus yang mau berlibur musim panas. Nah The Tjong Khing mengerjakan semua komik-kimik pesanan itu semua musim panas. Lama-kelamaan bos studio komik itu pun tahu dan kagum sama kerjaan The Tjong Khing. Ditawarilah dia kerjaan sebagai komikus. Sejak itu Khing mulai ngomik, ngomik buku cerita anak-anak. Sampai Karya nya The Tjong Khing udah sering dapat penghargaan di Belanda. Salah satu karya komik nya The Tjong Khing
Sumber gambar twitpic @motulz

Asal punya usul, ternyata The Tjong Khing ini merupakan adik kelas nya Pak Raden yang bernama Dr.Suyadi (yang kumis tebal itu lho..terkenal dengan ‘Unyil’ nya. Tahu kan?). Pak Raden juga lulusan Senirupa ITB kemudian melanjutkan (beasiswa) S-2 nya di France studi Animasi. Setelah masa studi selesai Pak Raden kembali ke Indonesia untuk membangun komik dan animasi di Indonesia. Sayang, Pak Raden hanya bisa sukses sampai di ‘Unyil’ saja.
Sumber gambar dari google
Tidak hanya Peter Van Dongen, The Tjong Khing. Saat di Stripdagen Haarlem bang @motulz juga bertemu dengan Pak Lucas yang merupakan orang asal Bandung tapi tinggal di Amsterdam. Pak Lucas bekerja sebagai colorist majalah Donal Bebek. Majalah Donal Bebek di Indonesia itu juga terbitan Belanda termasuk majalah Bobo.

Menurut informasi dari bang @motulz acara Stripdagen Haarlem ini masih ada lagi sekitar pertengahan 2012 awal Juni. Ini dia bagian penting nya buat komikus Indonesia. Bang @motulz menyerukan kepada komikus Indonesia juga bisa ikut pameran di Stripdagen Haarlem 2012. Udah banyak komikus-komikus yang keren-keren dan canggih-canggih,kata bang @motulz melanjutkan cerita. Mengajak Pak Raden pameran di Stripdagen Haarlem 2012 dan ketemu dengan Pak Khing adalah mimpi nya bang @motulz mengakhiri cerita tentang Stripdagen Haarlem.

The Tjong King (yang kemeja hitam dan berkacamata) dan bang @motulz (yang lagi nulis di papan).
Sumber foto dari twitpic @motulz
Peter Van Dongen saat ke Indonesia pameran komik 'Erasmus Huis'.
Sumber foto dari twitpic @motulz



Monday, October 17, 2011

SAMPAIKAN KEINGINAN

Alhamdulilah! *kurang rame*. Okey abis ini gue capslock. ALHAMDULILLAH  YAH kawan-kawan..mana suaraaaanyaaa??  *Langsung diajakin KARATE sama anak pangsitan FIA*

Oiya, udah pada tahu semua kan kalo Fakultas kita lagi ramai-ramai nya soal seni?
“Emangnya ramai apa sih?”,Mahasiswa di fakultas seberang nyeletuk.
Udah lo urusin aja film Eclipse nya. Fakultas aku lagi Menyeni nih. 
“Menyendiri maksudnya? Atau Menyeneni mahasiswa-mahasiswa baru bak pion yang cuilik terus diseneni sama ster dalam permainan catur. Dan si pion cuma manut-manut aja.  Gituuh? Masa pioner penakut!”,sindir warga sebelah sambil tertawa..haha..haha.
Ikut tertawa..hahaha. Bisa aja. Pendek kata,  warga sebelah itu hanya bercanda sindiran. Acuhkan saja.


Okey lupakan! Fokus-fokus… F.O.K.U.S !

Sebelum lupa, barangkali bisa aku terangkan sedikit soal seni di fakultas kita. Dulu fakultas kita, kegiatan seni nya begitu hidup. Bahkan menjadi tempat seni yang paling berkembang di kampus dengan prestasi-prestasi nya. Cukup terkenal kok. Namanya Komsen kepanjangan dari Komunitas Seni. Komsen meliputi seni tari (namanya Kartika Chandra), seni lukis dan fotografi (namanya SLF) ,dan seni teater (namanya ARCA).

Kehidupan kampus menjadi sangat ramai karena seni. Apapun itu persepsi kalian soal seni, tentu kalian sepakat juga bahwa seni itu harus ada. Wong, politik aja itu seni kok. Lembar kehidupan ini adalah seni. Angin pengertian seni disini bukanlah yang berkaitan dengan untuk menguji mental dan mendisiplinkan manusia selama enam bulan. Apalagi teriak-teriak,akting muka biar bijak atau fotogenic.  Maaf kalau agak abstrak, ini hanya bisa dijangkau melalui intuisi dan engga bisa diraba melalui tangan. Hehehehe.. *sambil melukis dengan damai*

Persoalannya adalah, ini merupakan kerinduan pribadiku terhadap kehidupan seni yang begitu hidup difakultas kita. Hingga aku menuliskan cerita ini. Sempat aku merasakan sisa-sisa kehidupan,aktivitas nya,serta karya mereka. Malam hari masih ramai dengan suara musik ‘jimbe’,gitar,dan alat-alat etnik lainnya. Entah ketika hanya sekedar nongkrong-nongkrong atau ketika mereka sedang latihan. Kemudian lukisan-lukisan yang memang aku bilang pada saat itu tidak rapi penataan nya, tapi cukup membuat mata ini terhibur dan berpikir. Mencerna apa maksud dari lukisan ini,pesan nya itu apa? Serta karya yang melukis dengan cahaya, yaitu fotografi. Gambaran tersebut mencoret jelas di memoriku. Seni begitu kreatif dan kritik.


Hingga pada akhirnya kritik itu benar-benar ditunjukkan secara nyata dihadapan saya ketika saya masih menjadi mahasiswa baru seperti pion yang tunduk pada ster. Kelompok seni tersebut adalah anak teater. Mereka melakukan aksi yang dilatarbelakangi oleh kejadian pembredelan mading DIANNS oleh si Ster yang Jagoan sok berkuasa. Kenapa bisa begitu? kawan-kawan seni memiliki hubungan yang baik dan erat dengan kawan pers mahasiswa. Kenapa bisa begitu? karena seni itu peka, dan menggunakan betul pancaindera mereka dengan baik. Kenapa bisa begitu? karena seni itu sebagai perjuangan untuk menyikapi permasalahan yang terjadi dan menyempurnakan kondisi normal kembali. Kenapa bisa begitu? mending kalian jawab di dalam hati aja. Aksi simpatik dan protes tersebut tak tanggung-tanggung dilakukan saat kegiatan OSPEK berlangsung. Sayang, memang. Tapi inilah bentuk perlawanan konkrit mereka ketika sebuah tulisan di mading tidak cukup. Akhirnya dibekukan lah komunitas seni tersebut.

Dari pengalaman aku menilai, seni itu harus ada,manfaat nya banyak. Selain itu secara engga langsung kita turut melaksanakan kebudayaan nasional. Nah itu jelas pada seni Tari dan Karawitan nya.  Mungkin ini adalah jawaban nya, tanpa ada regenerasi secara formal. Gangguan yang diterima oleh mahasiswa yang berjiwa seni itu pasti merasakan. Apa yang dia lihat difakultas kita ini tentu mengundang inisiatif. Mengatasi perasaan nya dan tidak tinggal diam dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Tanpa ada corak dari apapun, karena seniman itu bebas. Maklum politik di fakultas kita lumayan kental juga. Dikit-dikit ini dikit-dikit itu. Kabar kabur nya sih sampai-sampai ada orang yang berpikiran untuk menunda kebangkitan seni di fakultas kita ini. Ya salllaaaamm.. *mengelus dada tarik nafas dalam-dalam*

Sedikit kalimat terakhirku.  “Seni sebagai air segar yang bisa mengatasi dahaga kebosanan kehidupan,dan aku merasa hadir dan puas karena seni”. 

Apresiasi buat mahasiswa pegiat seni yang bernama Erfhan (dia ini yang paling getol ingin banget ada art&culture centre) dan kawan-kawan seni tari&karawitan yang tak bisa aku sebut satu persatu,tak henti-henti nya terus aktif dan menyumbangkan prestasi untuk kebanggaan fakultas kita. Salut!! Dan pegiat seni lainnya di bidang fotografi,lukis serta teater. Terus bergerak di 'Pigura apresiasi' nya ya! Salam. 
  
By: Gita Rizky Prodipta

Monday, October 10, 2011

Meninggalkan warisan besar positif atau negatif?

Manusia akan menjadi sesuatu bukan karena sejarah tapi karena tindakan nya hari ini –windyariestanty-

Gue sempat heran dan berpikir sama pola pikir orang tua. Khususnya orang tua gue. Orang tua gue tipikal orang yang keras tapi perhatian banget sama anaknya. Contohnya pas kedatangan gue ke Kediri 09 Oktober 2011 , gue dibuatin makan malam nasi goreng. Padahal sebelumnya gue juga udah makan malam yang gue beli di warung makan pinggir jalan sebelum magrib tiba dirumah orang tua gue.

Percakapan gue dan Ibu gue dimulai dari soal bagaimana kuliah gue. Biasa, yang ditanyakan ya seputar skripsi. Sekarang gue udah menginjak  semester 9.

Ngomong-ngomong soal skripsi, sebenarnya gue juga ingin cepet skripsi dan segera lulus kuliah. Kalau menunda sih engga tapi kalau tuhan baik dan memberikan momongan secepatnya ya gak nolak juga. *lhoo??

Tuh anaknya teman ayah sudah lulus 3,5 tahun. Masa kamu belum? Celoteh Ibu gue. Orang dimana-mana kuliah itu ya 3,5 tahun / 4tahun. Setelah itu kerja. Emangnya apa sih yang kamu kerjakan selama ini?  Ibu menambahkan.

Selama ini aku bukan mengerjakan,ma. Tapi masgita  menciptakan. Nah lho? Emangnya apa yang gue ciptakan? Karya ilmiah aja gue gak minat, bikin skripsi aja belom. -______- Lalu?

Gue ingin menciptakan sesuatu yang bisa gue bilang itu akan jadi sejarah bagi gue. Gue ingin punya cerita super di generasi/zaman gue selama jadi mahasiswa. Ya walaupun gak besar, tapi seenggaknya gue berusaha melakukan peran gue sebagai mahasiswa semaksimal mungkin. Khusunya untuk fakultas gue sendiri.

Belom skripsi itu emang gak enak. Belum lulus kuliah juga ga enak juga rasanya. Gini-gini gue juga sadar kalau gue itu TELAT. Teman-teman gue yang seangkatan juga udah sepi beredar dikampus, ada yang udah lulus,ada yang masih skripsi tapi jarang ke kampus,dan ada juga yang masih ngulang mata kuliah abis itu pulang dan gak berlama-lama dikampus. Sedangkan gue, mahasiswa yang belum skripsi (insyaallah Oktober ini gue ngajuin judul skripsi) dan suka berserakan di kampus.

Kampus gue itu terlalu nyaman (asal tau aja ya). Kota Malang itu sejuk banget. Kota Malang itu gak kecil tapi gak besar juga. Tata kota nya rapi. Mungkin itu salah satu faktor yang  mendorong gue untuk memilih, “gue pengen tinggal di kota Malang aja seterusnya”. Yang di Jakarta bilang, “yukk,aku juga mau. Culik aku sekarang ya myman!” #Eaaaa…

Gue masih ingat saat awal-awal mahasiswa. Gue yang cupu, gak mudah bergaul, apalagi berbicara di dalam kelas, walaupun itu hanya mengajukan sebuah pertanyaan doang. Apalagi presentasi? #jlebbb..

Hingga pada akhirnya gue singgah di lembaga yang berada di pojok yang menjadi “tempat nyata gue berproses,dibesarkan dan belajar serta menciptakan pengalaman”.  Gue mulai berkembang dan gue semakin hidup.  Sampai gue berani bilang “gue itu kuliah nya di lembaga yang dipojokan”. Seakan-akan sebenarnya gue tersesat. Dan gak bisa keluar dari zona pojokan tersebut sampai sekarang. Padahal tujuan gue gabung itu karena minat fotografi nya. Bukan karena UU 1999 No.40 nya. Kebetulan SLF (lembaga fotografi difakultas gue dibekukan), jadi gak ada pilihan lagi untuk penyaluran minat gue.

Bersyukur nya gue masih bertahan oleh keadaan yang sangat tidak mengenakan, bahkan memuakkan. Gue meyakini itu sampai sekarang ini. Sempat gue berpikiran untuk mau keluar dari lembaga yang dipojokan tersebut  ketika masih semester  tiga. Tapi gak jadi. Semacam ada panggilan alam yang mengharuskan gue harus bertahan dan bergerak. Iya, bergerak sama teman segenerasi gue yang hanya tersisa satu orang saja. Sampai sekarang ini. Bedanya dia mengambil D3 dan gue S1.

Entah di mata teman-teman, jika melihat orientasi gue masih belum skripsi/lulus itu mungkin ‘kacau’ banget nih @izkelmogita.  Rasanya kampus itu begitu romantis sekali, sampai-sampai gue gak memikirkan masa depan gue kedepannya gimana. Minimal mikirin skripsi gue lah, buat judul. Yang ada dipikiran terus, “Peran apa yang bisa gue lakukan sebagai mahasiswa?”. Ini gue yang ke hipnotis uya kuya apa gue yang wedian sampai segitunya lo rela perpanjangan  semester, demi sesuatu hal yang belum tahu kedepannya itu memberikan keuntungan buat gue.

Prinsip gue yang gue pake, sederhana. Men jadi orang yang ‘dibutuhkan’ orang banyak. Menjadi orang yang dibutuhkan itu emang sulit, makanya gue masih haus banget sama belajar dan memaksimalkan peran gue selama jadi mahasiswa. Dan gue yakin tindakan gue hari ini dan seterusnya akan terakumulasi yang menjadikan gue menjadi orang yang dibutuhkan dan militan. Walaupun sebenarnya ngenes, dan ga enak (belum skripsi/lulus). Gue ngerasain aja feel jadi mahasiswa banget.  Gue menyenangi aktivitas gue dan gak merasa rugi atas tindakan serta pilihan gue. Do --> Doakan aku cepat skripsi *nyanyi lagu doremi

Pahit sekali.