Rasanya berpolitik sama saja dengan berpolicik. Senayan menjadi arena bermain paling canggih dan mewah. Tak peduli upacara publik dan ritual nya dengan aksi rakyat dimana-mana.
Senayan seperti tempat acara hiburan sekaligus lomba untuk mengeruk uang. Bukan pengabdian yang memberikan atmosfer kepuasan bagi telinga dan mata rakyat.
Sorak-sorai, umbar janji dan perang kata. Pencitraan figur dan bendera. Agaknya memang tidak salah kok,malah diharuskan. Tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya cipta nya sebebas mungkin, kata Roger H Soltau. Begitu lah sering dimaklumi, begitulah juga mengancam. Banyak sekali penutur indah, banyak sekali pedendang yang nikmat tapi tak bersemangatkan Pancasila. Keinginan secara maksimal dari rakyat tidak dikabulkan.
Ironi ini dilahirkan dari sebuah pesta. Kamu tahu? Pesta demokrasi yaitu Pemilu. Seolah menyalahi. Memang! Kemudian jika sudah salah, masihkah kita harus percaya pada produk dari upacara Pemilu 2014 nanti?