Selalu menjadi sesuatu yang menyenangkan ketika melihat dia menulis
dan membaca tulisannya. Menyadari bahwa dirinya memang belum menjadi seorang
tukang cerita yang pandai.Namun dia tengah memperjuangkan salah satu dari
impiannya. Pernah dia mendeklarasikan salah satu impiannya padaku, di sebuah
tempat yang bukan lagi menjadi tempat tinggalnya. Saat kali pertama mengenalnya
dan kita bercerita banyak hal di malam itu.
Malam terakhir di tahun 2013 dia tak mau kehilangan momen
tersebut untuk mendekati impiannya. Aku mengapresiasinya. Pancingan itu tetap
ada. Tetapi, memang keinginan hatinya juga untuk melakukan. Kernyitan dahi dan wajah ketidakberdayaan. Kelihatannya
dia memang sedang kebingungan apa yang harus diceritakannya. Menangkap juga pemandangan
ketegaran, dia semakin meminggirkan kepasrahan, keluhan dan kemalasannya. Tak mau waktunya sia-sia, semenit kemudian
lembaran kertas di layar laptopnya muncul tinta hitam. Kata demi kata dituliskannya.
Menerjemahkan imajinasinya. Tidak terbayang akan bentuk ceritanya nanti itu
seperti apa. Dia tetap lanjut menulis.
Sayang, pada akhirnya dia tak bisa menyelesaikan. Tak perlu
menjelaskan berbagai kemungkinan faktor ini itu mengapa. Hasilnya adalah “tidak
selesai”. Tapi aku salut. Setidaknya dia sudah berusaha mencoba semampunya.
No comments:
Post a Comment