Monday, October 17, 2011

SAMPAIKAN KEINGINAN

Alhamdulilah! *kurang rame*. Okey abis ini gue capslock. ALHAMDULILLAH  YAH kawan-kawan..mana suaraaaanyaaa??  *Langsung diajakin KARATE sama anak pangsitan FIA*

Oiya, udah pada tahu semua kan kalo Fakultas kita lagi ramai-ramai nya soal seni?
“Emangnya ramai apa sih?”,Mahasiswa di fakultas seberang nyeletuk.
Udah lo urusin aja film Eclipse nya. Fakultas aku lagi Menyeni nih. 
“Menyendiri maksudnya? Atau Menyeneni mahasiswa-mahasiswa baru bak pion yang cuilik terus diseneni sama ster dalam permainan catur. Dan si pion cuma manut-manut aja.  Gituuh? Masa pioner penakut!”,sindir warga sebelah sambil tertawa..haha..haha.
Ikut tertawa..hahaha. Bisa aja. Pendek kata,  warga sebelah itu hanya bercanda sindiran. Acuhkan saja.


Okey lupakan! Fokus-fokus… F.O.K.U.S !

Sebelum lupa, barangkali bisa aku terangkan sedikit soal seni di fakultas kita. Dulu fakultas kita, kegiatan seni nya begitu hidup. Bahkan menjadi tempat seni yang paling berkembang di kampus dengan prestasi-prestasi nya. Cukup terkenal kok. Namanya Komsen kepanjangan dari Komunitas Seni. Komsen meliputi seni tari (namanya Kartika Chandra), seni lukis dan fotografi (namanya SLF) ,dan seni teater (namanya ARCA).

Kehidupan kampus menjadi sangat ramai karena seni. Apapun itu persepsi kalian soal seni, tentu kalian sepakat juga bahwa seni itu harus ada. Wong, politik aja itu seni kok. Lembar kehidupan ini adalah seni. Angin pengertian seni disini bukanlah yang berkaitan dengan untuk menguji mental dan mendisiplinkan manusia selama enam bulan. Apalagi teriak-teriak,akting muka biar bijak atau fotogenic.  Maaf kalau agak abstrak, ini hanya bisa dijangkau melalui intuisi dan engga bisa diraba melalui tangan. Hehehehe.. *sambil melukis dengan damai*

Persoalannya adalah, ini merupakan kerinduan pribadiku terhadap kehidupan seni yang begitu hidup difakultas kita. Hingga aku menuliskan cerita ini. Sempat aku merasakan sisa-sisa kehidupan,aktivitas nya,serta karya mereka. Malam hari masih ramai dengan suara musik ‘jimbe’,gitar,dan alat-alat etnik lainnya. Entah ketika hanya sekedar nongkrong-nongkrong atau ketika mereka sedang latihan. Kemudian lukisan-lukisan yang memang aku bilang pada saat itu tidak rapi penataan nya, tapi cukup membuat mata ini terhibur dan berpikir. Mencerna apa maksud dari lukisan ini,pesan nya itu apa? Serta karya yang melukis dengan cahaya, yaitu fotografi. Gambaran tersebut mencoret jelas di memoriku. Seni begitu kreatif dan kritik.


Hingga pada akhirnya kritik itu benar-benar ditunjukkan secara nyata dihadapan saya ketika saya masih menjadi mahasiswa baru seperti pion yang tunduk pada ster. Kelompok seni tersebut adalah anak teater. Mereka melakukan aksi yang dilatarbelakangi oleh kejadian pembredelan mading DIANNS oleh si Ster yang Jagoan sok berkuasa. Kenapa bisa begitu? kawan-kawan seni memiliki hubungan yang baik dan erat dengan kawan pers mahasiswa. Kenapa bisa begitu? karena seni itu peka, dan menggunakan betul pancaindera mereka dengan baik. Kenapa bisa begitu? karena seni itu sebagai perjuangan untuk menyikapi permasalahan yang terjadi dan menyempurnakan kondisi normal kembali. Kenapa bisa begitu? mending kalian jawab di dalam hati aja. Aksi simpatik dan protes tersebut tak tanggung-tanggung dilakukan saat kegiatan OSPEK berlangsung. Sayang, memang. Tapi inilah bentuk perlawanan konkrit mereka ketika sebuah tulisan di mading tidak cukup. Akhirnya dibekukan lah komunitas seni tersebut.

Dari pengalaman aku menilai, seni itu harus ada,manfaat nya banyak. Selain itu secara engga langsung kita turut melaksanakan kebudayaan nasional. Nah itu jelas pada seni Tari dan Karawitan nya.  Mungkin ini adalah jawaban nya, tanpa ada regenerasi secara formal. Gangguan yang diterima oleh mahasiswa yang berjiwa seni itu pasti merasakan. Apa yang dia lihat difakultas kita ini tentu mengundang inisiatif. Mengatasi perasaan nya dan tidak tinggal diam dalam situasi yang tidak mengenakkan ini. Tanpa ada corak dari apapun, karena seniman itu bebas. Maklum politik di fakultas kita lumayan kental juga. Dikit-dikit ini dikit-dikit itu. Kabar kabur nya sih sampai-sampai ada orang yang berpikiran untuk menunda kebangkitan seni di fakultas kita ini. Ya salllaaaamm.. *mengelus dada tarik nafas dalam-dalam*

Sedikit kalimat terakhirku.  “Seni sebagai air segar yang bisa mengatasi dahaga kebosanan kehidupan,dan aku merasa hadir dan puas karena seni”. 

Apresiasi buat mahasiswa pegiat seni yang bernama Erfhan (dia ini yang paling getol ingin banget ada art&culture centre) dan kawan-kawan seni tari&karawitan yang tak bisa aku sebut satu persatu,tak henti-henti nya terus aktif dan menyumbangkan prestasi untuk kebanggaan fakultas kita. Salut!! Dan pegiat seni lainnya di bidang fotografi,lukis serta teater. Terus bergerak di 'Pigura apresiasi' nya ya! Salam. 
  
By: Gita Rizky Prodipta

No comments: