Monday, October 10, 2011

Meninggalkan warisan besar positif atau negatif?

Manusia akan menjadi sesuatu bukan karena sejarah tapi karena tindakan nya hari ini –windyariestanty-

Gue sempat heran dan berpikir sama pola pikir orang tua. Khususnya orang tua gue. Orang tua gue tipikal orang yang keras tapi perhatian banget sama anaknya. Contohnya pas kedatangan gue ke Kediri 09 Oktober 2011 , gue dibuatin makan malam nasi goreng. Padahal sebelumnya gue juga udah makan malam yang gue beli di warung makan pinggir jalan sebelum magrib tiba dirumah orang tua gue.

Percakapan gue dan Ibu gue dimulai dari soal bagaimana kuliah gue. Biasa, yang ditanyakan ya seputar skripsi. Sekarang gue udah menginjak  semester 9.

Ngomong-ngomong soal skripsi, sebenarnya gue juga ingin cepet skripsi dan segera lulus kuliah. Kalau menunda sih engga tapi kalau tuhan baik dan memberikan momongan secepatnya ya gak nolak juga. *lhoo??

Tuh anaknya teman ayah sudah lulus 3,5 tahun. Masa kamu belum? Celoteh Ibu gue. Orang dimana-mana kuliah itu ya 3,5 tahun / 4tahun. Setelah itu kerja. Emangnya apa sih yang kamu kerjakan selama ini?  Ibu menambahkan.

Selama ini aku bukan mengerjakan,ma. Tapi masgita  menciptakan. Nah lho? Emangnya apa yang gue ciptakan? Karya ilmiah aja gue gak minat, bikin skripsi aja belom. -______- Lalu?

Gue ingin menciptakan sesuatu yang bisa gue bilang itu akan jadi sejarah bagi gue. Gue ingin punya cerita super di generasi/zaman gue selama jadi mahasiswa. Ya walaupun gak besar, tapi seenggaknya gue berusaha melakukan peran gue sebagai mahasiswa semaksimal mungkin. Khusunya untuk fakultas gue sendiri.

Belom skripsi itu emang gak enak. Belum lulus kuliah juga ga enak juga rasanya. Gini-gini gue juga sadar kalau gue itu TELAT. Teman-teman gue yang seangkatan juga udah sepi beredar dikampus, ada yang udah lulus,ada yang masih skripsi tapi jarang ke kampus,dan ada juga yang masih ngulang mata kuliah abis itu pulang dan gak berlama-lama dikampus. Sedangkan gue, mahasiswa yang belum skripsi (insyaallah Oktober ini gue ngajuin judul skripsi) dan suka berserakan di kampus.

Kampus gue itu terlalu nyaman (asal tau aja ya). Kota Malang itu sejuk banget. Kota Malang itu gak kecil tapi gak besar juga. Tata kota nya rapi. Mungkin itu salah satu faktor yang  mendorong gue untuk memilih, “gue pengen tinggal di kota Malang aja seterusnya”. Yang di Jakarta bilang, “yukk,aku juga mau. Culik aku sekarang ya myman!” #Eaaaa…

Gue masih ingat saat awal-awal mahasiswa. Gue yang cupu, gak mudah bergaul, apalagi berbicara di dalam kelas, walaupun itu hanya mengajukan sebuah pertanyaan doang. Apalagi presentasi? #jlebbb..

Hingga pada akhirnya gue singgah di lembaga yang berada di pojok yang menjadi “tempat nyata gue berproses,dibesarkan dan belajar serta menciptakan pengalaman”.  Gue mulai berkembang dan gue semakin hidup.  Sampai gue berani bilang “gue itu kuliah nya di lembaga yang dipojokan”. Seakan-akan sebenarnya gue tersesat. Dan gak bisa keluar dari zona pojokan tersebut sampai sekarang. Padahal tujuan gue gabung itu karena minat fotografi nya. Bukan karena UU 1999 No.40 nya. Kebetulan SLF (lembaga fotografi difakultas gue dibekukan), jadi gak ada pilihan lagi untuk penyaluran minat gue.

Bersyukur nya gue masih bertahan oleh keadaan yang sangat tidak mengenakan, bahkan memuakkan. Gue meyakini itu sampai sekarang ini. Sempat gue berpikiran untuk mau keluar dari lembaga yang dipojokan tersebut  ketika masih semester  tiga. Tapi gak jadi. Semacam ada panggilan alam yang mengharuskan gue harus bertahan dan bergerak. Iya, bergerak sama teman segenerasi gue yang hanya tersisa satu orang saja. Sampai sekarang ini. Bedanya dia mengambil D3 dan gue S1.

Entah di mata teman-teman, jika melihat orientasi gue masih belum skripsi/lulus itu mungkin ‘kacau’ banget nih @izkelmogita.  Rasanya kampus itu begitu romantis sekali, sampai-sampai gue gak memikirkan masa depan gue kedepannya gimana. Minimal mikirin skripsi gue lah, buat judul. Yang ada dipikiran terus, “Peran apa yang bisa gue lakukan sebagai mahasiswa?”. Ini gue yang ke hipnotis uya kuya apa gue yang wedian sampai segitunya lo rela perpanjangan  semester, demi sesuatu hal yang belum tahu kedepannya itu memberikan keuntungan buat gue.

Prinsip gue yang gue pake, sederhana. Men jadi orang yang ‘dibutuhkan’ orang banyak. Menjadi orang yang dibutuhkan itu emang sulit, makanya gue masih haus banget sama belajar dan memaksimalkan peran gue selama jadi mahasiswa. Dan gue yakin tindakan gue hari ini dan seterusnya akan terakumulasi yang menjadikan gue menjadi orang yang dibutuhkan dan militan. Walaupun sebenarnya ngenes, dan ga enak (belum skripsi/lulus). Gue ngerasain aja feel jadi mahasiswa banget.  Gue menyenangi aktivitas gue dan gak merasa rugi atas tindakan serta pilihan gue. Do --> Doakan aku cepat skripsi *nyanyi lagu doremi

Pahit sekali.

No comments: