Jumat sore, disaat hujan turun. Bau debu yang menebus jendela dan udara yang masuk ke ruangan. Memekikkan hidungku. Aku suka udara saat hujan,entah kenapa membuat suasana jadi rileks aja ketika menghirupnya. Rintik demi rintik mengantarkan aku pada obrolan ringan dengan temanku tentang peringatan bersejarah yaitu Sumpah Pemuda. Oiya, 83 tahun yang lalu 28 Oktober 1928 tonggak perjuangan pemuda bergaung hebat kini menjadi lembaran sejarah seperti gelap yang lalu. Seringan ingatan yang hampir pudar di memori kami tentang sejarah Sumpah Pemuda itu sendiri. Pemuda,ya kami pemuda yang masih muda umurnya, semangat kami juga kencang. Namun keadaan zaman yang semakin tua terus menggerus kami dengan beberapa penyakit arus globalisasi. Hingga semangat dan jati diri kami tak berarah. Salah arah. Seperti tak punya peta untuk dimana semangat ini harus bermuara sebagaimana mestinya.
Tidak cukup baik rekan aku yang lain dalam memaknai Sumpah Pemuda itu sendiri. Apalagi tahu sejarah nya? Namun apakah cukup baik juga bagi kita yang bisa memaknai peringatan bersejarah tersebut? Memandang sejarah, mempelajari sejarah, mengingat sejarah?
Cerita hidup kita pun akan menjadi sejarah pada akhirnya. Album dongeng perjalanan semasa kita mahasiswa kini. Apa yang bisa diceritakan?
Aku terlambat,keluhku. Ada perasaan menyesal karena tidak ikut serta menikmati suguhan teriakan lantang pemuda di pagi hari. Tegasnya langkah kaki,kepalan tangan menari-nari diatas naik turun dengan tegas,mulut memuntahkan nada kekecewaan “REZIM GAGAL..REZIM GAGAL!! Keadilan sudah punah di negara ini”. Serentak teriak kelompok pergerakan GMNI DPC kota Malang tersebut kompak. Gambarku atas berita dari detikcom cerita jumat pagi tersebut. Harusnya pagi itu aku ada disana. Sayang, aku ada di barisan selimut dan seprai tidur dan benda-benda lain yang berserakan di kamarku. Aku ingin berserakan dengan pelopor di bundaran tugu tersebut. Aku ingin berserakan dengan seragam aparat yang selalu setia mengawasi kegiatan demonstran. Mendokumentasikan aktivitas mereka sampai menyelesaikan misi nya.
Pagi hari boleh aku terlambat, tapi untuk malam nanti ‘Tidak’ !! Aku tak ingin melewatkan momen seperti itu lagi. Ya, aku mendapat kabar bahwa BEM FIA UB dan HMI Malang akan melakukan aksi damai. Dengan jam yang berbeda,lokasi yang berbeda,konsep yang berbeda,jumlah massa yang berbeda, tapi tujuan mereka sama yaitu refleksi peringatan Sumpah Pemuda. @pengajarmuda: Dalam tweet nya, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 mengukuhkan pentingnya mencapai tujuan bersama di tengah perbedaan yang ada.
Malamnya, DPRD kota Malang kedatangan tamu prajurit beralmamater,yaitu dari BEM FIA UB. Mereka membentuk lingkaran, lalu mereka berorasi,menyanyikan beberapa lagu perjuangan, ditemani lilin-lilin kecil yang menyala bak penghitung waktu kegiatan mereka sekaligus menambah juga dramatisasi aksi tersebut. Asik sekali dilihat. “Hidup Mahasiswa..Hidup Rakyat Indonesia!!!” Ucap orator di tengah lingkaran tiap mengakhiri orasi nya. Tampak semangat dan antusias wajah-wajah demonstran tersebut sambil mengepalkan tangan keatas lalu berucap “Hidup Mahasiswa..Hidup Rakya Indonesia!!!.
By the way, aku suka dengan teatrikal yang disuguhkan kawan BEM FIA UB. Sederhana,esensi cerita nya dapat, dan sedikit terhibur juga dengan percakapan teatrikal tersebut. Kalo tidak salah dalam teatrikal ada yang nyeletuk seperti ini, “Bro..tenang bro…….(kalimat selanjutnya aku engga hafal)!”,teriak salah satu dari pemain teatrikal tersebut yang terbagi menjadi tiga perwakilan identitas daerah, yaitu Jong Java,Jong Sumatera, dan Jong Madura dalam rekayasa peristiwa bagaimana Sumpah Pemuda kala itu terjadi. Sontak aku dan jossi saling melihat ketika mendengar kalimat tersebut,dilanjutkan tertawa..Hahaha..haha. Lho, dulu itu kata ‘bro’ udah populer ya? Jossi melanjutkan mengambil gambar aksi damai tersebut.
Foto by Gita |
Aku dan kawanku Jossi meninggalkan lokasi setelah BEM FIA melakukan tumpengan tanda usai nya aksi tersebut. Koordinator lapangan Saiful ulum mengatakan, hal ini dilakukan sebagai rasa syukur terhadap 83 tahun Sumpah Pemuda dan doa harapan pemuda kedepan.
Pukul 21.00, di bundaran kecil depan stasiun Malang kota baru.
Jos, bisa ngerasain gak kalo tiap hari aja ada demo/aksi kaya gini dari mahasiswa? Sambil melihat kawan HMI kota Malang yang sedang aksi. Saat itu kawan Eqi S Tyo (Mafia 2008) sedang mimpin aksi,dia master orator nya.
“Bisa! Ini bikin kita kerasa jadi mahasiswa nya,git.”
“Bener,Jos. Coba aja, yang non pergerakan bisa terlibat. Walaupun cuma sekedar gini doang,tapi ini lebih baik daripada tidak sama sekali.” Ya, masing-masing emang punya cara sendiri dalam memaknai momen peringatan tersebut dan menunaikan kewajiban nya. Setidaknya mereka aktivis pergerakan sebagai motor perubahan bangsa dan meneruskan tongkat estafet perjuangan. Tercatat, organisasi ekstra mahasiswa emang banyak kontribusi nya mewarnai perjalanan bangsa ini. Seperti GMNI,HMI,PMII,KAMMI,dan lain-lain.
“Ya,ini yang perlu kita renungkan lagi saat Hari Sumpah Pemuda.”,ucap jossi mengakhiri percakapan. Kemudian kami berdua serius juga mendengarkan isi orasi dari elemen organisasi ekstra tersebut yang begitu lantang, tegas, dan berani (menyinggung permasalahan mahasiswa dikampusnya masing-masing,permasalahan kondisi politik di negara ini,dan lain-lain).
Seperti lirik lagu Efek Rumah Kaca yaitu "Di Udara" tribute to Munir, Tapi aku tak pernah mati, tak akan berhenti. Semangat mahasiswa memang harus dikobarkan, kalau bisa dibakar terus. Jangan sampai redup semangat nya. Kalau redup engga merdeka kita nya. Mungkin salah satu nya dengan aksi/demonstrasi. Berani bertindak, berarti berani mengubah. Karena harapan itu ada kalau ada pergerakan.
Jepretan foto kami ini nantinya akan menjadi cerita dan pergerakan kecil di pigura apresiasi. Sebagai catatan rentetan mahasiswa yang melakukan peranan nya dalam memperingati Sumpah Pemuda ke-83. Hidup Mahasiswa!! Pemuda itu selalu mengubah Indonesia jadi lebih baik !
*Sayang, kawan GMNI&PMII tidak sempat terdokumentasikan aksi nya, karena kurangnya informasi.
No comments:
Post a Comment