Monday, April 1, 2013

Disana & Disini

Arsip Celotehan Confianza. Melisa dan Gita.

Hujan. Meruya Ilir Raya
21 Desember 2012, 14.15

Mataku tertuju pada satu bidang yang transparan, menuju sebuah jalan yang basah dan akan terus basah. Kemarin, hari ini, di jam yang sama, tempat yang sama. Seperti ada membran menyelubungiku disini, berbatasan dengan bidang transparan itu, dan membran yang ke-2 muncul lagi, berbatasan dengan jalan, mesin, asap, bising, manusia sibuk dengan mata-mata menerawang, entah berpikir alasan hujan, menghitung bulan hingga kemarau datang, menghitung barang dagangan, mengingat keluarga, kosong memperhatikan hujan, tersenyum diantara kelabunya awan, kedinginan, dan mata-mata lain yang mungkin hilang bersamaan dengan lewatnya mereka di depan mataku.

Ruang ini, aku hanya butuh teman, bicara kesana-kemari, bau kopi, renyahnya tawa, tapi siapa yang tau isi hati masing-masing.

Tahukah dimana pikiranku berada? Di suaramu, gelisahmu, kata-kata datar darimu, tertawa terpaksa, dan aku mulai tahu. Aku, disini bersamaan dengan semua deskripsi mataku.dan kamu disana dengan segala pemikiran dan rasa bosanmu mungkin.

Kesimpulannya, aku rasakan perubahan. Seperti awan yang sekarang berubah jadi lebih gelap. Dan aku tetap ditempatku, berharap awan itu segera cerah. Kamu juga..semoga segera cerah, seperti biasa :)

Hujan. Arjosari.
21 Desember 2012, 14.59

Film 2012 menjadi pengantar tidurku, padahal film tersebut sudah ada 2 tahun sebelum prediksi yang diluncurkan oleh banyak orang terkait badai matahari, kemudian dikuatkan lagi oleh hitungan kalender menurut suku maya. Film tersebut diputar oleh salah satu stasiun tv dengan program acara terbanyak.

Setelah terbangun dari tidur pagi, mataku masih menangkap sesuatu keadaan dengan baik. Indera kulitku juga menangkap hangatnya sinar matahari yang membangunkanku, bahwa hari berjalan seperti biasanya. Padahal sekarang adalah musim hujan.

Kehidupan terus berjalan, roda waktu terus berputar dengan segala macam perubahan yang terjadi. Manusia, tentu harus jeli menangkap pertanda dan perubahan yang terjadi.

Tak terasa tahun akan segera berganti, hujan selalu menjadi pengantar perubahan bumi. Bersyukur, ketika hujan turun, sang pencipta alam semesta masih memberikan kehidupan bagi bumi, banyak rezeki, dan persepsi lainnya yang baik ketika hujan turun.

Ketika hujan turun, pasti selalu ada beberapa detik yang membuat kita terdiam, merenung, berpikir. Seperti dirimu yang mungkin sedang menerawang teka-teki kehidupan, perasaan atau lainnya. Berteduh, memandangi hujan, setidaknya itu ritual untuk menghormati hujan.

Hampir sama seperti adzan. Setelah hujan berhenti, kerumunan manusia keluar dari tempat berteduhnya masing-masing. Melanjutkan aktivitasnya kembali, sekaligus berusaha menyelesaikan pekerjaan yang tertunda atau mimpi kecil yang belum terwujud.

No comments: