Perahu Ramah, Hiruk-pikuk Kota Jakarta di pagi hari. Niat mencoba untuk menikmati suasana dan udara pagi hari di wilayah Grogol dekat Kanal Banjir Barat. Belum-belum sudah disambut dengan padatnya kendaraan serta asapnya dan suara bising mesin maupun klakson. Mengotori pendengaran dan penciuman indera saya. Tetapi indera mata saya masih dapat menangkap keramahan pagi disekitar ini. Pandangan saya beralih ke arah sungai. Dua perahu, dua orang yang tampak sedang melakukan sebuah perjalanan di tengah aliran air Kanal Banjir Barat. Tampak piawai menyapu sampah-sampah yang mengapung di atas permukaan sungai. Kemudian ditampung di perahu kecilnya. Melakukan pekerjaan yang sepele. Tanpa bayaran sepertinya. Mungkin pekerjaan ini hanya untuk kepedulian terhadap dirinya sendiri, sudah kebiasaan atau sanksi sebagai manusia yang beradab. Menelusuri sungai, melakukan pekerjaan baik untuk bumi.
Thursday, November 22, 2012
Wednesday, November 21, 2012
Pada sebuah acara seminar penulisan
Wah kapan ya bisa jadi pembicara di depan banyak orang tentang
apapun, bicara karya buku yang diterbitin atau seperti yang tadi saya tangkap ya sharing penulisan.
Sebagai penulis tentunya. Penulis yang sudah menerbitkan karyanya. Buku beneran boleh, fiksi juga boleh, karya lainnya juga boleh. Nyerempet-nyerempet ke film dokumenter juga deh.
Eiits.. perjalanan menuju impian itu bagaimana? Ah mengalir
sajalah kalau saya. Terus? Ya gapapa. Enggaklah! Tentunya dalam kehidupan harus
ada kegiatan yang kita jalani berkaitan dengan profesi tersebut. Harus ada resolusi yang ditancep serta niat dan aksi. Sebenarnya
untuk menulis non fiksi, saya enggak begitu percaya diri (kurang bisa). Menulis
non fiksi, lebih menarik. Hampir sering produksi tulisan curhatan pribadi sih. *eaaa
Saya jadi teringat sama Christian Simamora yang tempo lalu nge-tweet tentang ‘waktu’.
Chris bilang, “saya orang yang moody dan senang menunda pekerjaan.” Namun dia
keras dengan dirinya untuk menulis. Bagaimana cara dia? Cukup simpel sih. Dia
menjadwal waktu kegiatan utamanya selama 24 itu ada berapa jam, dan enggak bisa
diganggu gugat. Sisanya, waktu ‘me time’ saya menyebutnya, nah itu yang bisa
dipergunakan. Chris, menjalani pekerjaan menulisnya dengan mainan ‘jam’.
Artinya dia me-setting waktu selama sejam untuk disisihkan untuk
menulis. Dan itu harus disiplin. Yap! Kuncinya memang harus ‘Disiplin’.
Lalu? Apa kabar ‘disiplin’ menyelesaikan akademik? Skripsi.
Baiklah saya kembali melanjutkan pekerjaan tapi bukan skripsi. hehehe.
Thursday, November 1, 2012
Impian
Setiap orang mesti punya "Impian"
Mau itu aneh, ajaib, pokoknya mesti punya.
Dan itu harus diuber terus!
Karena dari situ akan tercipta awal yang baik.
November 2012 ini, gue punya impian.
Gue mau investasi di bursa saham. Kenapa? untuk penghasilan permanen dan jangka panjang. Setahun kedepan, harapan gue, udah bisa punya mobil pribadi yang gue inginkan.
Udah gitu gue mau secepatnya seminar proposal skripsi, sidang, abis itu wisuda.
Selanjutnya, usaha yang lagi gue rintis, artikelnya bisa nambah. Sekaligus, bertambah pula permintaan barang.
Impian ajaibnya, gue pengen ke Papua di tahun 2012 ini, melalui detikdotcom.
Semoga, impian yang gue pasang di bulan November ini tercapai nantinya satu persatu. Amin!
Mau itu aneh, ajaib, pokoknya mesti punya.
Dan itu harus diuber terus!
Karena dari situ akan tercipta awal yang baik.
November 2012 ini, gue punya impian.
Gue mau investasi di bursa saham. Kenapa? untuk penghasilan permanen dan jangka panjang. Setahun kedepan, harapan gue, udah bisa punya mobil pribadi yang gue inginkan.
Udah gitu gue mau secepatnya seminar proposal skripsi, sidang, abis itu wisuda.
Selanjutnya, usaha yang lagi gue rintis, artikelnya bisa nambah. Sekaligus, bertambah pula permintaan barang.
Impian ajaibnya, gue pengen ke Papua di tahun 2012 ini, melalui detikdotcom.
Semoga, impian yang gue pasang di bulan November ini tercapai nantinya satu persatu. Amin!
Wednesday, October 31, 2012
Sengatan Dahlan
Mengutip sajak pada sesi penutup di acara Mata Najwa edisi "Sengatan Dahlan" 31 Oktober 2012
Sudah bukan rahasia lagi, maraknya aksi rente ekonomi
Berkeliaran di tubuh birokrasi, di rapat komisi para
politisi
Kasak-kusuk mencari selisih, dengan tekanan dan intervensi
Doyan menagih upeti, percaloan seolah harga mati
Mereka yang mencoba melawan, dicemooh pahlawan kegenitan
Kesalahannya dicari-cari, karakternya hendak dibunuh mati
Permisi Tuan dan Puan di Senayan
Kami sudah mahfum manuver dan muslihat kalian
Meminta jatah setoran, sampai permainan di Badan Anggaran
Negara dicekik lintah, yang menghisap uang rakyat dan
menganggapnya hadiah
Tuesday, October 30, 2012
Membayangkan
Kesadaran bahwa kuliah juga tidak
memberikan jalan keluar dari kesulitan hidup. Tetapi kesadaran bahwa skripsi
itu penting segera diselesaikan untuk mengurangi kesulitan hidup. Hmm.. itu sih
bagi saya.
Sekarang saya sedang menempuh
skripsi dan baru niat mengerjakannya pada semester 11 ini. Barangkali faktor
dengan adanya informasi terkait SPP progresif yang dikeluarkan UB (Universitas
Brawijaya) merupakan salah satu alasan yang cukup ampuh membuat mahasiswa untuk
berlari kencang sarjana. Kebijakan SPP progresif ini bisa dibilang semacam alat
kendali untuk memotivasi mahasiswa untuk segera lulus cepat. Bagaimana tidak
cepat, mahasiswa yang menempuh akademik melebihi semester 8 akan dikenakan
biaya tambahan sekian persen. Lebih jelasnya silakan dibaca di buku pedoman
akademiknya masing-masing ya.
Besarnya uang SPP dan uang gedung
bagi ketika saya masuk di UB pada tahun 2007 sebesar 14 juta rupiah (jalur
SPMK), kalau jalur SPMB sebesar 7 juta rupiah. Kemudian, biaya per semester
ditentukan secara proporsional. Beda dengan sebelumnya diatas angkatan saya,
2006,2005,2004, dst diseragamkan biaya SPPnya.Sekarang biaya uang gedung di UB
selalu meningkat.
Mengakomodasi penerimaan
mahasiswa dari berbagai strata sosial ekonomi merupakan hal penting agar pendidikan
bisa diakses secara luas. Ini bicara soal daya tampung dan keadilan. Meskipun
disadari, UB memang mahal biaya pendidikannya.
Mahal biaya pendidikan inilah
yang menjadi dasar pertimbangan soal apa yang harus kita lakukan selama menjadi
mahasiswa. Asumsi sederhananya, “saya harus cepat lulus”. Dengan sendirinya
akan membentuk pola pemikiran mahasiswa menjadi lebih pragmatis: cepat lulus ah
agar cepat keluar dari permasalahan,hehehe. Seakan-akan hal ini yang malah
menjadikan suatu kebutuhan, bisa jadi hal yang memberatkan. Itu sudah pasti.
Fungsi pendidikan adalah untuk
pendewasaan pribadi, menciptakan hidup yang merdeka. Kemudian saya jadi
teringat lukisan di tembok Sekretariat Bersama LKM FIA UB yang digambar oleh
kawan-kawan SSM (Sanggar Seni Mahasiswa) FIA UB. Persis di teras kantor mereka.
Ada gambar robot menggunakan topi wisuda dan memegang ijazah. Persepsi yang
saya tangkap, muncul keraguan, untuk apa
sekolah tinggi-tinggi pada akhirnya semacam budak/pekerja yang diharuskan wajib
lulus cepat dan siap bekerja. Lapangan pekerjaan? Jangan mimpi ya, bisa langsung
dapat kerja dengan mudah. Banyaknya angka pengangguran dari kaum terdidik,
penting disadari bahwa ketersediaan lapangan kerja juga tak dapat menampung
banyaknya para lulusan pendidikan formal S1 khususnya. Yang sudah lulus belum
dapat kerja, semoga lekas mendapat
pekerjaan ya.
Jika teman-teman aktivis berkata,
kuliah terus pulang itu gak ada artinya jadi mahasiswa. Sebaliknya, mahasiswa
puritan berkata, loh yang penting saya rajin kuliah, IPK bagus, dan cepat lulus
untuk siap menghadapi dunia selanjutnya. Kesimpulannya, masing-masing golongan tersebut
memiliki indikator keberhasilan yang mereka yakini. Tak lepas dari pengamatan,
bahkan yang aktivis pun juga banting setir. Mahasiswa makin tersudut
peranannya. Hmm…
Kelompok mahasiswa adalah
kelompok usia muda yang memiliki naluri untuk tampil semangat memberontak
terhadap kemapanan. Sekaligus, seperti yang sudah saya kemukakan diatas tentang
pendewasaan diri, mahasiswa sedang dalam proses mencari identitas diri maupun
memaknai hidup mereka. Seakan-akan karena pendidikan mahal dan kebijakan
masing-masing kampus memisahkan secara tegas antara teori dan praktik, antara
wacana dan realitas. Kampus kita lupa apa gimana ya, pembangunan infrastruktur
yang berkorelasi dengan peningkatan mutu pendidikan seperti laboratoriumnya,
pengusahaan dana penelitian, penulisan karya justru tidak diprioritaskan. Malah
sibuk membuat pagar brawijaya, dan macam bentuk infrastruktur fisik lain yang
kurang esensial.
Ngomong-ngomong, udah ah cukup.
Skripsi saya jadi apa kabar lagi deh. Dan saya harus segera melanjutkan
pekerjaan skripsi yang tertunda. Barangkali pendidikan yang saya lihat di UB cuma
mengejar kuantitas saja, kurang fokus menghasilkan
lulusannya yang berkualitas secara merata.
“Ijazah dapat menunjukkan intelektual seseorang, intelektual seseorang tak hanya
diukur dari Ijazah.”, ucap @izkelmogita
Sunday, October 28, 2012
Bingkai
Semacam perhatian
yang menyentil
Kenyataannya..
Pemuda, belum bisa
menempatkan diri dengan baik
Identitas yang memiliki tantangan besar dan tanggungjawab
Semangat sejarah yang kita ketahui dan gerakannya
Kini, masih belum bisa menunjukkan kedaulatannya
Gelombang gerakan, masih parsial.
Insiden yang hadir, hanya protes dan aksi yang tak
menghasilkan
Saling ancam-mengancam, anti sana anti sini,main hakim
sendiri
Bahkan yang sering terjadi insiden horizontal, mahasiswa
dengan mahasiswa
Perjalanan waktu, menentukan masa depannya.
Masih dalam lingkaran kerumitan
Dalam tahap penyatuan gerakan atau malah terkesan mencari
perhatian
Terjebak dalam beban moral sejarah
Kenyataannya..
Melihat pemuda sekarang, tampak mereka lebih terampas
hak-haknya.
Kelompok pembaharuan ini, hanya bisa banyak wacana.
Tanpa memperluas perjuangan hak yang harus mereka bela
Yang penting eksis dengan gelar dan IPK nya
Ini hanya sebuah abstraksi independen
Penggambaran atmosfer kebingungan intelektual pemuda
Atau kerinduan iklim, gerakan kolektif pemuda
Menciptakan pelibatan diri banyak orang dalam melanjutkan
estafet perjuangan
Menciptakan pemecahan masalah
Melahirkan pemahaman baru
Melakukan pelayanan bagus untuk kepentingan rakyat
Bukan pelayanan/penghormatan sebagai penjilat kepada orang
yang berkuasa
Kenyataannya, ini bentuk berbuat sedikit dari kebingungan
yang ada
Bentuk penggalangan dan menaruh perhatian
Mempertimbangkan perubahan yang signifikan
Yang kini kian terabaikan
...Selamat 84 Tahun Hari Sumpah Pemuda...
Monday, September 24, 2012
JOSELINE
Dalam hari selalu ada kemungkinan, dalam hari pasti ada
kesempatan. –Iwan Fals-
Saya masih percaya dan yakin, bahwa band ini bisa terkenal
dan menjadi band besar. Tidak sebentar, dan tidak lama pula perjalanan mereka
memulai langkah di dunia musik. Namun, mereka masih tetap produktif dalam
menghasilkan karya.
Joseline, sebuah band beraliran Pop rock Alternative. Berasal
dari Ciledug, kota Tangerang dan terbentuk sejak tanggal 14 Februari 2007. Grup
musik yang terdiri dari 5 orang ini, terdiri dari Mario (vokal), Ariel (guitar), Reno (guitar), Sandy (bass), Ronal (drums) masih terus melakukan lompatan di
belantika musik Indonesia. Sepak terjangnya tidak saya ketahui banyak, namun saya pernah ikut bertualang manggung mereka ketika saya
masih di Jakarta. Sekarang domisili saya di Malang, karena sedang menempuh strata 1 di Univ.Brawijaya. Dua personil Joseline merupakan teman satu komplek
perumahan tempat tinggal saya di Ciledug. Mereka adalah Mario dan Sandy.
Perjalanan karir mereka selama limat tahun, cukup membuat mata
saya terbuka dan sadar. Kesadaran ingin menunjukkan dan memperkenalkan kepada semua orang, tentang nuansa musik mereka dan
harapan-harapannya. Dari segi waktu, saya pikir lima tahun belum mencapai titik
matang bagi sebuah band yang sedang merintis, tetapi sudah cukup dewasa umur
band tersebut untuk berlari jauh menuju kemenangan.
Joseline juga pernah tampil dalam LA lights Indifest dan
beberapa event di regional Jakarta. Tentu pengalaman tampil mereka pasti
meninggalkan kesan mendalam dan ingatan yang indah dalam perjalanan karir musik
mereka. Serta karya musik mereka, lagu hits yang selalu ada disetiap album
mereka ciptakan, akan menjadi cikal bakal karya yang paling
ditunggu dan kesempatan menghampiri musik label.
Aku tak bisa bicara banyak tentang karya musik mereka, karena
menurut saya yang bijak, adalah mendengar. Mendengar adalah proses belajar, mendengar
adalah proses menilai, mendengar adalah proses yang menyenangkan. Entah karena
didasari rasa suka, atau terpaksa, cobalah mendengar. Barangkali, melalui
proses mendengar karya mereka yaitu Joseline, kalian akan mendapatkan sesuatu
pengetahuan baru, kecocokan nuansa musik mereka, atau cerita dari sebuah lirik yang
menjadi pikiran/falsafah kehidupan yang Joseline hadirkan.
Terkadang
ada pertanyaan dalam hidup yang jawabannya tidak bisa ditemukan saat itu juga.
Jawaban yang baru bisa ditemukan saat jiwa terus melangkah.
Sesuai hati, aku perjelas kembali. Aku meyakini, musik mereka
cukup segar dari apa yang aku dengar dan lihat. Aku bukan sedang bernegosiasi,
tapi aku ingin menunjukkan sebuah perkenalan karya-karya mereka. Karena saat
ini dengan kecanggihan sosial media sebagai kaca pembesar, dan dimulai dari
inilah aku memulai sesuatu dalam artian “menunjukkan” ke layar dan jendela
dunia. Tidak ada kata terlambat.
Untuk Joseline, jangan pernah bosan menghadapi
benturan-benturan dalam dunia musik ya, Do the best, jangan menyerah untuk
mengejar impian dalam kondisi apa pun. Tidak ada ampun buat mundur. Karena karya musik kalian sudah cukup bisa diterima dan menari indah di telinga saya.
*Lagu Joseline "Mengerti aku" saat proses recording. Hmm..lagunya asik juga loh! Awesome dude!.
Beberapa karya mereka yang bisa kalian dengar dan unduh di http://www.reverbnation.com/joseline14 yaitu :
1. Tiba saatnya
2. Selalu ada
3. Pergi saja
4. Masih sendiri
Dan kalian juga bisa mengikuti infromasi tentang mereka di twitter https://twitter.com/Joseline_Band @Joseline_Band
Semoga, karya mereka bisa menginspirasi dan melengkapi kebahagiaan kalian bagi yang mendengarnya.
Monday, July 30, 2012
Pertanyaan
Pengacau kehidupan.
Pengacau perjuangan.
Pengacau ketenteraman.
Diberi kepercayaan malah mengkhianati.
Keberanian fisik, ternyata mental pengecut.Uang menentukan segalanya.
Uang terbukti efektif dan ampuh mewujudkan sesuatu yang diinginkan.
Pertanyaannya, apakah jika rasa bersalah sudah tumpul, apakah masih tersisa rasa malu dan bisa mencegah sebuah tindak suap-disuap, suap menyuap serta penyelewengan dalam KKN?
Seorang yang sedang berdusta mempermainkan amanah. Keberanian menyatakan kejujuran yang terselip dalam niatan pengingkaran misi suci.
Pengacau perjuangan.
Pengacau ketenteraman.
Diberi kepercayaan malah mengkhianati.
Keberanian fisik, ternyata mental pengecut.Uang menentukan segalanya.
Uang terbukti efektif dan ampuh mewujudkan sesuatu yang diinginkan.
Pertanyaannya, apakah jika rasa bersalah sudah tumpul, apakah masih tersisa rasa malu dan bisa mencegah sebuah tindak suap-disuap, suap menyuap serta penyelewengan dalam KKN?
Seorang yang sedang berdusta mempermainkan amanah. Keberanian menyatakan kejujuran yang terselip dalam niatan pengingkaran misi suci.
Sunday, July 29, 2012
Hari Suwandi Sebelum Berbelok Arah
Tulisan ini ditulis oleh Paring Waluyo di grup facebook "Dukungan Hari Suwandi. Jalan kaki Porong - Jakarta" sebagai penjelasan atas kejadian Hari Suwandi yang tidak konsisten pada perjuangan, ketika kemunculannya wawancara live di TvOne.
Awal Juni 2012, Hari Suwandi beberapa kali menghubungi saya via
telepon. Ia menyatakan akan melakukan aksi jalan kaki Porong-Jakarta
untuk menemui Presiden SBY. Tujuannya, untuk menggalang dukungan publik,
dan menyampaikan segala persoalan penanganan korban lumpur oleh PT
Minarak Lapindo Jaya {PT MLJ}. Telepon dia pertama dan kedua, kurang
begitu aku tanggapi, sebab aku paham betul bahwa Hari Suwandi sebelumnya
telah mengkhianati perjuangan korban lapindo.
Pada tahun
2008, saat ia masih menjadi salah satu koordinator Geppres (Gerakan
Korban lapindo Pendukung Peraturan Presiden No 14 tahun 2007),
mengkhianati cita cita perjuangan. Geppres saat itu beranggotakan 1554
anggota korban lumpur lapindo dari empat desa, yakni Desa Kedung Bendo,
Renokengono, Jatirejo, dan Siring. Tuntutan Geppres adalah berjalannya
Perpres No 14 tahun 2007, bahwa 80 persen sisa aset korban lapindo
dibayar tunai oleh PT MLJ.
Hampir setahun, aku bersama para
koordinator Geppres (Hari Suwandi, Suwito, Rois, dan Mahmudatul
Fatchiya) kesana kemari untuk memperjuangkan tuntutan warga geppres itu.
Mulai aksi menutup Jalan Raya Porong, mengadu ke Komnas HAM, aksi massa
di Jakarta (Kantor Presiden). Namun usaha usaha itu belum membuahkan
hasil. Disisi lain, PT MLJ terus bergerilya melaksanakan skema
pembayaran sisa aset 80 persen milik korban lapindo dengan cara
diangsur.
Februari 2009, saat Nirwan Bakrie (pemilik Lapindo
Brantas) dan Imam Agustino (General Manager Lapindo Brantas, Inc) yang
difasilitasi oleh pemerintah, menyatakan sanggup membayar 80 persen
dengan cara diangsur. Tanah diangsur Rp. 10juta/ bulan dan bangunan Rp.
15/bulan. Dan dalam perjalannya, mulai 2010-2012 program pembayaran
cicilan ini juga tidak jelas. Jelas keputusan ini bertentangan dengan
cita cita Geppres. Geppres sejak awal dibentuk berjuang agar 80 persen
dibayar tunai ke masing masing pemilik aset (korban lapindo).
Keputusan Lapindo Brantas yang didukung oleh Menteri Pekerjaan Umum
(Ketua Badan Pengarah Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo/ BPLS) dan
kapolri itu jelas memungkiri Perpres No 14 tahun 2007. Selain pemerintah
tidak konsisten dalam memberlakukan aturan yang dibuatnya sendiri,
dengan fasilitasi Lapindo untuk melanggar perpres, situasi ini jelas
tidak menguntungkan perjuangan Geppres.
Pasca keputusan
membayar diangsur itu, jajaran PT MLJ (perusahaan yang dibentuk Lapindo
Brantas) untuk melaksanakan kewajiban pembayaran ke korban lapindo)
melakukan gerilya. Mereka menebar tenaga untuk melobi pimpinan pimpinan
kelompok korban lapindo, termasuk Geppres untuk mengarahkan warganya
menyetujui keputusan itu.
Lobi itu terbukti berjalan cukup
sukses, beberapa koordinator Geppres seperti Hari Suwandi, Suwito dan
Mahmudatul Fatchiya mempengaruhi anggotanya untuk setuju kebijakan
Lapindo Brantas. Inilah momen awal, dimana Hari Suwandi mulai tidak
dipercaya oleh warga korban lapindo. Bahkan Hari Suwandi sempat
diberikan ruangan khusus di kantor PT MLJ untuk mengurus berkas berkas
warga yang berhasil diarahkannya untuk masuk program cicilan. Namun
massa keemasan Hari Suwandi dengan petinggi PT MLJ tak berjalan lama,
seiring usainya massa pengurusan berkas berkas milik korban. Apalagi,
besar kemungkinan PT MLJ mengetahui kalau Hari Suwandi telah tak
dipercayai warga korban lapindo. Habis manis, sepah dibuang, kira kira
begitulah situasi Hari Suwandi pasca bermanis manis dengan PT MLJ itu.
Langkah Hari Suwandi itulah yang meyebabkan ia tidak dipercaya lagi
oleh para korban lapindo. Ia dikucilkan dari pergaulan dengan korban
lapindo, terutama warga Geppres yang masih berjuang. Sehingga ketika ia
menghubungiku akan berjuang kembali, jalan kaki Porong Jakarta untuk
korban lapindo sungguh tidak aku percayai. Berkali kali ia telepon dan
meyakinkan aku, bahwa ia telah bertaubat.
Untuk menunjukkan
kesungguhannya itu, ia meminta waktu untuk bertemu denganku. Awal Juni
2012 aku sama ia ketemu. Bahkan saat pertama kali ketemu denganku, ia
telah membawa surat keterangan dari Kepala Desa Kedung Bendo. Surat itu
menyatakan bahwa yang bersangkutan sebenar-benarnya warga Desa kedung
Bendo yang akan jalan kaki ke Jakarta. Hari Suwandi juga menyatakan akan
berjalan kaki Hari Rabu, 6 Juni 2012. “Sampeyan dukung aku atau tidak
mas, aku tetap berjalan kaki ke Jakarta” ucap Hari Suwandi.
“Apakah sampeyan sudah mempersiapkan bekal dan segala sesuatunya cak,
termasuk kontak rekan rekan wartawan? Jawabku. Ia menjawab kalau belum
mempersiapkan segala sesuatunya. Dilihat dari gestur tubuhnya, tampak
ia tidak sedang bermain main. Bahkan ia sungguh sungguh untuk melakukan
perjuangan itu, apalagi ia juga ingin menebus dosa yang telah
diperbuatnya itu. Bahkan saat itu ia sama sekali tidak memiliki uang.
Satu satunya bekal awal yang dimilikinya hanya uang Rp. 70.000 sumbangan
dari Kepala Desa Kedung Bendo.
Kesungguhannya itu membuatku
percaya bahwa HS benar benar ingin bertobat. Aku memintanya untuk tidak
berangkat tanggal 6 Juni 2012. Aku menyarakankan ia berangkat ditunda
seminggu kedepannya, agar aku memiliki kesempatan untuk menggalang
solidaritas untuk HS, terutama dikota kota yang bakal dia gunakan untuk
beristirahat sejenak. Untuk mendukung perjalanannya ke Jakarta, aku
menyarankan HS untuk mencari seorang teman, yang nantinya membawa
perbekalannya.
Sehari berikutnya HS menemuiku dan membawa Harto
Wiyono (HW). HS menyatakan Hartolah yang akan menjadi temannya selama
diperjalanan. Aku mengenal HW juga sudah lama. Ia termasuk sedikit
korban lapindo yang konsisten dalam berjuang. Bahkan sampai kini ia
tetap menjadi anggota Geppres dan menutut pembayaran 80 persen dengan
tunai. Ia menolak pembayaran 80 persen dengan cara diangsur. Cak Harto
saat itu juga setuju menemani HS, saat aku tanyakan ke dia.
Setelah segala sesuatunya siap, kami bertiga sepakat untuk memulai
keberangkatan tanggal 14 Juni 2012. Tapi HS dan HW disarankan oleh ahli
spiritual lokal untuk memulai niat baik itu dengan siraman dulu diatas
tanggul. Aku melihat siraman itu bisa sebagai “media pemberitahuan”
kepada publik melalui rekan rekan media. Tanggal 10 Juli 2012 HS
menjalani siraman diatas tanggul ditemani ratusan korban lapindo.
Liputan media juga sangat banyak.
Sejak saat siraman itu, media
di Sidoarjo terus memburu HS dan HW sebagai sumber berita. Apalagi pada
tanggal 14 Juli 2012 saat akan pemberangkatan jalan kaki, HS dan HW
tiada henti menjadi sumber peliputan media. Tanggal 14 Juli 2012 pukul
11.00 WIB, ratusan korban lapindo dan berbagai tokoh masyarakat seperti
para pendeta, anggota DPR, kiai, dan beberapa tetangga HS di tempatnya
yang baru dan orang tua HS ikut dalam pelepasan “upacara” pemberangkatan
HS diatas tanggul lapindo.
Pagi sebelum berangkat, HS kembali
menegaskan kepada saya bahwa; “Aku tak akan pulang mas, sebelum bisa
bertemu dengan Presiden SBY, dan berhasil mendesak PT MLJ melunasi
pembayaran korban lapindo, doakan ya mas”, ujarnya. Pagi itu terkumpul
bantuan dari beberapa rekanku sebanyak Rp. 2 juta (dibagi dua utk HS dan
HW). Sumbangan itu kami perkirakan setidaknya cukup untuk tiga pekan.
Artinya selama tiga pekan itu, aku tak khawatirkan keduanya mengemis
ngemis dijalan. Sumbangan itu bersifat bebas dan sukarela, tiada ikatan
apapun, apalagi motif politik untuk menjatuhkan nama Abu Rizal Bakrie
Saat upacara pelepasan dilakukan, HS dan HW berpamitan dengan penuh
haru dengan ibunda HS. HS sungkem didepan ibundanya, sambil di iringi
suara adzan. Suasana begitu syahdu, semua terdiam, merinding, banyak
dikalangan perempuan yang ada menitikan air mata. Pasca itu HS dan HW
banyak mendapatkan saran, wejangan, dan suntikan semangat dari para
pemuka masyarakat, agama dan sesama korban lapindo.
Aku dan
seorang teman mengiringi HS jalan kaki dan HW yang naik motor dibelakang
HS. Aku mengiringinya sambil ditemani seorang jurnalis kompas hingga ke
pusat kota Surabaya. Selama perjalanan, anda semua mungkin mengikutinya
melalui berbagai media massa. Mulai HS kena “teror” kecopetan, banyak
dukungan warga masyarakat luas mulai dukungan menginap, makan, uang
saku, rokok, pijat, pemeriksaan kesehatan, dll.
Seminggu lebih
kemudian HS dan HW sampai Semarang. Sebelum sampai Semarang, HS dan HW
meminta saya menyusulnya di Semarang, rasanya mereka kangen, dan butuh
kedatanganku untuk menambah semangat. Aku menyusulnya ke Semarang. Di
Semarang kami semua disambut oleh PMII IAIN WaliSongo Semarang. Bahkan
sampai di Semarang, Pemprov Jatim mengutus dua stafnya untuk memberi
sumbangan tanpa mengikat kepada HS dan HW sebesar Rp 2 juta.
Saat Tiba di Jakarta
Tanggal 7 Juli 2012, HS dan HW tiba di Jakarta. Sehari sebelumnya aku
menyusul ke Jakarta untuk berkoordinasi dengan rekan rekan di Kontras,
Walhi, Jatam, YLBHI, dan ILR untuk minta bantuan pendampingan selama di
Jakarta, tempat menginap, dan support media. Tanggal 7 jam 12.00 WIB HS
dan HW tiba di Tugu Proklamasi dan kami menyambutnya beramai ramai,
bersama puluhan wartawan dari berbagai media massa. Bahkan Global TV
sempat memberi kesempatan kepada HS dan HW untuk wawancara live dari
depan Tugu Proklamasi. Sesudahnya, kami semua berkumpul di Kantor
Kontras di Jalan Borobudur, Jakarta. HS dan HW sampai sore terus
melayani awak media yang minta wawancara.
Hari itu juga, Adik
HS bernama Bambang tiba di Jakarta dan bergabung dengan kami semua.
Malam harinya Sri Bati, isteri HS juga tiba di Jakarta. Malam itu kami
semua tidur di Mushola Kantor YLBHI. Hari kedua di Jakarta, HS telah
berjibun mendapat undangan live di stasiun televisi. Pada Hari kedua di
Jakarta HS live di Global Tv dan Sindo TV. Hari Ketiga live di Kompas
TV, dan mendatangi Gedung DPR untuk ketemu Pimpinan DPR. Saat itu
pimpinan DPR yang ada hanya Pramono Anung, maka HS dan HW ditemui
Pramono Anung. Selain itu HS dan HW juga bertemu dengan jajaran Komisi V
DPR. Komisi V mitra kerja BPLS di DPR. Kami ke DPR terlebih dahulu,
karena mereka lebih mudah diakses ketimbang ke istana. Kami ke pimpinan
DPR untuk fasilitasi bertemu dengan presiden. Sedangkan ke komisi V
untuk mengadukan kelakukan PT MLJ.
Saat ke DPR tak ada setingan
atau skenario dengan parpol tertentu. Semuanya berjalan alamiah. Tiada
politisasi sebagaimana tuduhan boneka boneka lapindo. Semua usaha HS dan
HW ke DPR hanya untuk mengadukan model pembayaran PT MLJ yang penuh
tipu tipu. Seperti seringnya PT MLJ ingkari janji yang dibuatnya secara
tertulis, pembayaran berdasar rekomendasi ketua ketua grup, bukan
berdasarkan data base yang seharusnya dibayarkan oleh PT MLJ.
Pada Hari Keempat, kami mengadakan jumpa pers di Kantor Seknas Walhi,
Jakarta. Jumpa pers ini untuk memberikan informasi secara komplit kepada
media massa atas maksud dan tujuan HS ke Jakarta, dan informasi lain
yang belum terberitakan, serta dukungan berbagai komponen civil society
kepada perjuangan HS dan HW. Saat konpers itu juga HS menolak
diwawancarai tivi one. Awalnya ia bersedia, tetapi pertanyaan tivi one
mengarah bukan pada topik soal perjuangannya, mengarah ke hal hal lain
yang lebih ke pribadi HS. Akhirnya wawancara dihentikan, apalagi, HS
kecewa sebelumnya ada berita di tivi one yang menyiarkan bahwa HS bukan
korban lapindo, dan hanya mencari sensasi saja.
Pada hari itu
juga, beberapa ibu ibu dan seorang lelaki separuh baya, yang juga korban
lapindo menyusul HS dan HW ke Jakarta. Mereka menyusul ke Jakarta juga
atas permintaan HS sendiri. Ketiga ibu ibu itu adalah anggota Geppres
yang tetap setia berjuang menuntut agar pembayaran 80 persen dibayar
dengan tunai.
Pada hari Kelima di Jakarta, HS dan HW, aku dan
beberapa rekan dari Jakarta, seperti Jatam menemani HS mengantarkan
surat permohonan audiensi ke Presiden SBY. Karena dua hari sebelumnya
Jubir Presiden menyatakan pintu istana terbuka untuk HS. Jubir Presiden
juga menyatakan belum mengerti maksud kedatangan HS dan belum menerima
suratnya secara resmi. Oleh karena itu, kami menindaklanjutinya dengan
berkirim surat. Saat itu juga kami diikuti oleh belasan awak media
massa. Saat itu wartawan tivi one juga akan wawancara ke HS, namun
ditolaknya.
Pada hari keenam kami semua terlihat capek, dan
saat itu juga weekend sehingga kantor kantor tutup. Kami menggunakannya
untuk istirahat. Hari ketujuh, orang tua Sri Bati meninggal dunia,
sehingga siang itu Sri Bati, dan HW pulang ke Sidoarjo. Hari itu juga,
malam harinya saya pulang ke Surabaya. Kami berbagi peran dengan rekan
rekan di Jakarta, agar saya tetap melanjutkan kerja kerja pendampingan
di Porong dan HS disupport rekan rekan di Jakarta. Sebelum pulang, aku
berpesan berkali kali ke HS agar tetap istiqomah (konsisten), jangan
membuat kesalahan untuk kedua kalinya. Jaga niatmu dalam berjuang ini.
HS pun menyatakan jangan khawatirkan soal itu mas. Meki tak lagi disisi
HS, namun begitu, setiap hari aku berkomunikasi dengan HS.
Dua
hari setelah saya ada di Porong, HS menghubungi saya akan aksi teatrikal
di Wisma Bakrie. Pembaca juga dapat melihat sendiri melalui media massa
ia juga aksi di Wisma Bakrie. HS juga saya minta untuk mengecek kembali
proses suratnya di Istana. Aksi aksi HS itu mengundang petinggi PT MLJ
turun tangan. Berdasarkan info yang saya dengar langsung dari HS, ADT
Dirut PT MLJ menghubunginya mengajak bertemu.
“ADT mengajak
bertemu aku mas. Gimana menurutmu mas?”, tanya HS. Aku jawab, solusi
tiadak harus dari istana cak, bersyukur jika ADT mau memberikan jawaban
kongkrit menyangkut aspirasi semua korban lapindo. Setujui saja bertemu
dengan ADT dengan catatan ada beberapa prinsip yang tak boleh dilanggar,
misalnya bukan untuk kepentingan pribadi dirimu cak”, jawabku. Selang
sehari kemudian HS kembali menghubungi aku, Ia menyatakan pertemuan
dengan ADT ia batalkan, sebab berdasarkan hubungan via telepon, ADT
tidak bisa memberikan jalan keluar atas perjuangannya. “ADT hanya
menjajikan pelunasan aset orang tuaku mas, bukan pelunasan korban
lapindo, maka aku menolaknya”, ujar HS.
Seminggu sejak
kepergianku dari Jakarta telah berlalu, Bahkan HW telah kembali menemani
HS ke Jakarta. HW datang bersama seorang korban lapindo lainnya. Pagi
itu, HW tiba di Jakarta. Mereka semua menginap di Kontras. Bahkan, sore
hari sebelum HW datang, Isteri HS juga sudah tiba di Jakarta kembali
bersama anak angkatnya yang masi balita. HS dan isteri dan anaknya
kembali aksi jalan kaki mengelilingi istana dan menanyakan kembali
suratnya. “tata usaha istana menyatakan suratnya sebaiknya diantarkan
kedepan mas, bukan ke setneg”, ucap HS melalui telepon. “Oke kita turuti
kemauan mereka cak, kita buat surat kembali kita masukkan lewat depan
via pos kilat khusus. Sambil usahakan ke Cikeas langsung’, jawabku.
Rencana ini juga disetujui oleh HS. Sehari setelahnya, HS pamitan ke HW
akan membelikan susu anaknya. Ia pergi bersama isterinya. Jelang
magribh HW kontak saya bahwa HS akan ke tivi one. “Kok sampeyan tahu
kalau HS akan ke tivi one cak”, tanyaku ke HW. “Ya mas aku diberitahu
oleh kawan JTV” jawabnya. Saat itu juga aku kontak HS, namun tak
sambung. Selang beberapa menit giliran HS yang menghubungi aku.
“Sampeyan akan ke Tivi One yo cak?, tanyaku. Engga mas, jawabnya.
Syukurlah kalau begitu. Kita fokus saja cak garap ke cikeas dan istana,
setuju mas, jawabnya. Kontak ini adalah dua jam sebelum HS tampil di
tivi one.
Saat itu, aku tengah akan berbuka puasa, karena kira
kira pukul 20.00WIB. Sebab aku baru tiba dari perjalanan, sehingga makan
buka puasaku terlambat. HW kembali menghubungi aku, “mas sampeyan lihat
tivi one sekarang”, kata HW. Saat itu juga sambil makan aku melihat HS
muncul di tivi one. Aku benar benar kaget. Aku punya dugaan tak baik
ini kejadiannya. Makan ku hentikan sejenak. Kuamati kata demi kata yang
keluar dari mulut HS. Bagaikan disambar petir disiang bolong saat HS
mengucapkan terima kasih ke Bakrie, menyatakan tindakannya ada yang
menyuruh, bukan keinginannya pribadi dan seterusnya.
Malam itu
juga, pikiranku kalut. Ratusan twitter me mention aku, puluhan sms masuk
ke hpku, dan puluhan komen dan postingan di grup fb dukung HS masuk,
semuanya sama pertanyaannya: ada apa dengan HS, kok jadi begitu? Sampai
uber socialku error karena begitu banyaknya mention yang masuk. “Kecewa
dan malu” itulah yang aku rasakan. Namun beberapa teman segera
menyarankan ke aku untuk segera rilis media, memberi penjelasan soal
kejadian itu, supaya aku tidak dianggap menjadi bagian perilaku kotor
HS. Saat itu juga aku kontak HW dan F para korban lapindo yang saat itu
menemani HS di Jakarta namun ditinggal HS begitu saja. Menurut F, sehari
sebelum live di tivi one, HS keceplosan omong ke F. F menyatakan
kepadaku “HS dijanjikan tunjangan bulanan mas, katanya Rp 5 juta per
bulan”. Sementara alasan korban lapindo tak mendukungnya itulah sebagai
dalih ia meminta maaf ke Bakrie.
Sehari kemudian, rekan rekan
media seperti, Koran Sindo, Surya, Tempo, Kompas mewawancarai aku soal
ini. Dan semuanya sudah aku posting di twitter pribadiku. Semoga ini
bisa memberi informasi yang cukup atas tragedi kotor HS. Saya pribadi
minta maaf kepada semua rekan.
Wednesday, April 4, 2012
Berujar dalam hati
Rasanya berpolitik sama saja dengan berpolicik. Senayan menjadi arena bermain paling canggih dan mewah. Tak peduli upacara publik dan ritual nya dengan aksi rakyat dimana-mana.
Senayan seperti tempat acara hiburan sekaligus lomba untuk mengeruk uang. Bukan pengabdian yang memberikan atmosfer kepuasan bagi telinga dan mata rakyat.
Sorak-sorai, umbar janji dan perang kata. Pencitraan figur dan bendera. Agaknya memang tidak salah kok,malah diharuskan. Tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya cipta nya sebebas mungkin, kata Roger H Soltau. Begitu lah sering dimaklumi, begitulah juga mengancam. Banyak sekali penutur indah, banyak sekali pedendang yang nikmat tapi tak bersemangatkan Pancasila. Keinginan secara maksimal dari rakyat tidak dikabulkan.
Ironi ini dilahirkan dari sebuah pesta. Kamu tahu? Pesta demokrasi yaitu Pemilu. Seolah menyalahi. Memang! Kemudian jika sudah salah, masihkah kita harus percaya pada produk dari upacara Pemilu 2014 nanti?
Izkelmogita23th
HAPPY BIRTHDAY IZKELMOGITA 23th
(3 April 1989)
"Melakukan lompatan untuk bergegas ke depan. Tidak sekedar, tapi mengejutkan." -GRP-
"Aku ingin hidupku penuh keterlibatan aktif dan antusias. Berekreasi dalam keingingtahuan dan perlawanan." –GRP-
"Kerumitan artistik itu skripsi. Menjelaskan singkat keraguan juga kebutuhan kemenangan." –GRP-
Thanks lovely Melisa, paketan nya keren banget. Sederhana berkesan penuh cita rasa. Sekaligus kita jadi dapat ide cerita menarik untuk dituliskan dari si Mr.JNE. Hahahaha! Kemudian terimakasih juga kepada kawan-kawan yang mengucapkan dan mendoakan saya. Arigatogozaimashita :)
-Izkelmogita-
Wednesday, March 28, 2012
Forum Rakyat Bersatu Demo Kenaikan BBM
Hidup kelas Buruh! Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!
Rabu (28/3/2012), Massa aksi beratasnamakan Forum Rakyat Bersatu melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor DPRD kota Malang. Massa aksi ini terdiri dari dari SBSIM,SBDM,GMNI Malang, FMN, PMKRI, GMKI, IMM Malang, KOMMA, SMART, KMB, LMND, FORBAS, Triaksara-UB dan SPMS-M.
Diperkirakan jumlah massa aksi sebanyak 500 orang yang berunjuk rasa. FRB menuntut BBM secara nasional harus benar-benar ditolak. Sebelumnya pada tanggal 22 Maret sudah dilakukan tuntuan kepada seluruh perangkat daerah di kota Malang untuk menolak kenaikan BBM. Namun tuntuan sebelumnya dilakukan secara verbal, sehingga pada hari ini akan dilakukan permintaan tertulis pernyataan sikap.
Salah satu dari massa aksi, menceritakan bahwa tuntutan nya di Pemkab Malang tidak mencapai hasil. Namun untuk yang di DPRD sedang dilakukan negosisasi dan sudah dikirimkan delegasi untuk bertemu langsung dengan pimpinan DPRD bersama wakil asisten pemkot Malang terkait tuntutan nya. "Secara sasaran, kami berharap mendapatkan dukungan dari ketiga organ pemerintah ini, yaitu Pemkab, Pemkot dan DPRD kota Malang",tambah pendemo.
"Aksi ini merupakan tuntuan marathon menggagalkan kenaikan BBM sebelum tanggal 1 April. Selain itu juga menyerukan untuk nasionalisasi dan kembali ke UUD 45 dan harus diwujudkan", jelas Haryo Kunto Wibisono. "Tenang saja, aksi ini tidak ricuh, dan aksi ini damai kok",tambahnya.
Massa aksi datang sekitar pukul 12.20 dan langsung berunjuk rasa di depan kantor DPRD kota Malang dengan barisan yang tertib. Dan sekarang ini sedang berorasi dan berdialog terbuka di depan kantor DPRD kota Malang.
Monday, March 19, 2012
Anjal #1
“Mas,njaluk duit mas”, pinta dua bocah kepadaku sambil memasang ekspresi wajah memelas. Aku yang sedang santai sambil menikmati segelas kopi susu di depan taman terhenyuh mendengar suara mereka yang terdengar begitu memendam kepahitan, sepahit kopi dalam cangkirku. Mereka berdua adalah kakak beradik yang selalu setia berpetualang demi melanjutan hidup mereka. Tanpa menggunakan alas kaki serta pakaian agak lusuh mereka tetap semangat menunjukkan keceriaan nya seperti susu yang menutupi kepahitan kopiku. mereka juga berusaha menutupi kepahitan dengan keceriaan. Sambil bercanda dengan kakaknya, mereka berdua melewati pelataran kelas administrator tersebut dengan percaya diri. Dengan permisi ramah dan menyodorkan tangan dibawah, mengemis iba mengharapkan uang dari setiap mahasiswa/i yang ditemuinya.
Gila ya, mereka masih kecil udah nyari uang dengan cara meminta-minta. Ini teriakan lho! Dalam hening kepala gue bekerja, menggeleng-geleng. Anak kecil,yang seharusnya butuh sekolah dan mainan. Kini, hak mereka harus berhadapan dengan sebuah kewajiban. Anak yang berbakti kepada orangtua adalah anak yang bisa membantu orangtua nya. Bekerja dengan meminta-minta adalah pilihan paling sederhana dan menghasilkan banyak uang juga. sungguh menjanjikan pasti pikir orangtua mereka. Ketimbang harus mencari kerja menjadi kuli bangunan atau menjadi pedagang asongan di jalanan, memanfaatkan anak untuk mengais iba dan mengumpulkan uang untuk biaya hidup adalah pilihan yang dianggap sangatlah tepat. Menjadi anak jalanan akibat dari kemiskinan keluarga, bukan pilihan sebenarnya.
Memberi uang kepada anak jalanan yang berkeliaran di kampus? Lalu besoknya ada lagi dan ada lagi. Bertahun-tahun kehidupan anak jalanan tersebut pun tidak pernah berubah. Uang receh tak bisa merubah pakaian lusuhnya menjadi pakaian mewah, uang receh tetap tak bisa membiayai pendidikan mereka sampai sarjana. Mereka masih tetap saja berkeliaran dikampus. Itu baru di lingkungan kampus. Bagaimana dengan di luar kampus dan daerah Malang lainnya? Sampai kapan nasib anak jalanan terus seperti ini? Adakah yang peduli dan mau ikut bergabung menjadi volunteer di Gerakan Save Street Child Malang? Mari bergerak dan Menggerakkan!
@SaveStreetChild (Komunitas berjejaring peduli anak jalanan)
NB: SaveStreetChild Malang akan dibentuk struktur kepengurusan nya pada minggu ini. Sekarang ini baru terdaftar 20 orang volunteer yang bergabung menurut informasi dari @anita_mukti selaku koordinator SaveStreetChild Malang. Bagi yang mau bergabung bisa hubungi ke nomor hp nya Anita Mukti 085730065116. Mahasiswa FIA UB.
Pendiri SaveStreetChild : @sheilayla
Sakau
Dilatarbelakangi rasa kangen pada sang pelopor dari SMAN 101 pada khususnya 3IPA4. Saya cemburu, ketika saya meminta kawan-kawan yang memiliki data saat jaman SMA untuk dibagikan di grup kita, tetapi malah foto perpisahan. Ya, saya memang tidak ikut, cukup melegakan juga melihat wajah-wajah yang masih lugu dan polos yang belum terkena sentuhan idealisme mahasiswa,pemikiran2 stalin,nietzhe,karl-marx dan lain-lain. Hahaha,saya cuma bisa tertawa dan termenung, melihat foto-foto itu. Mengingat kekacauan yang pernah tercipta , tepat disebelah kanan ruang lab.bahasa, menyelami romantisme kehidupan jalan panjang selama 1 tahun di 3IPA4 penuh kesan,unik,menarik dan rasanya sah-sah aja kita hidupkan kembali romantisme tersebut.
Berbicara ihwal liburan, rasanya bersemangat sekali,baik menyambut apalagi liburan bersama orang-orang yang kita sayangi. okey,saya tidak mau berdebat maupun interupsi. Hampir sudah tutup buku 4 tahun kita menuntut ilmu lamanya. Tak sedikitpun aku merasakan kumpul bersama kalian tiap kali liburan semester. Mengapa? entahlah, mungkin jadwal liburan saya yang tidak sama dengan kalian semua, ataukah yang lainnya. hmm...
Roda-roda kehidupan sangat menggilas kadang mengesampingkan urusan untuk berkumpul. Berpacu waktu untuk segera lulus dari kampus nya! ketika sudah lulus apa yang terjadi? kita semua akan bekerja tentunya. Kemudian, dimana jatah kita,hak kita,atau hak saya yang menginginkan untuk berkumpul bersama-sama dengan kalian semua seperti disandera/dipasung?bukan main sulitnya.
Beri saya sebuah hadiah sederhana dari kalian sebagai oase di tengah kejenuhan dan kegalau-an saya yang sedang skripsi atau hadiah bagi saya setelah menyelesaikan skripsi. Mengkoleksi suka cita,kekonyolan menggelitik,keautisan, dan senyuman lepas yang tulus dari kalian semua untuk saya untuk kemudian didokumentasikan di otak kiri menjadi "unforgetable experience". Pertanyaan nya adalah, apakah kawan-kawan semua ingin mewujudkan ini? Kawan saya ingatkan sekali lagi, ini bukan sekedar sebuah wacana, tapi keharusan dan juga bukan paksaan. Dari saya, pecandu "tarso" dan semuanya 3IPA4.
Thursday, March 15, 2012
Pembacaan
Berlarilah tanpa lelah.. sampai engkau meraihnya. Sepotong lirik laskar pelangi yang dibawakan oleh Nidji.
Ya. Masuk dengan mimpi yang sama. Mimpi besar dengan harapan bisa terwujud. Terasa sulit. Tapi bukan seperti barang yang terlarang keberadaannya. Sudah hampir satu dekade, tidak mencapai masa keemasan di tahun 1998-2000. Generasi yang berbeda, zaman yang berbeda pula, permasalahan yang berbeda pula,cara menyelesaikan nya pun juga berbeda.
Lalu letak ketidakbisaan nya dimana? Seperti ejakulasi dini. Tidak klimaks.
Melakukan penetrasi saja tidak bisa dengan baik, apalagi orgasme. Khayal. Apakah penjabaranku vulgar? Akalku masih sehat kok.
Ada rasa kepuasaan, ada juga kegagalan. Tergantung dari mana menilainya.
Kerumitan yang kompleks, tapi aku begitu berharga menjadi bagian didalamnya. Aku menjadi manusia yang terlatih. Menjadi manusia yang berkembang. Tapi tidak cumlaude.
Wadah tempat untuk belajar, melatih insting(kepekaan) dan memilikit tanggungjawab yang besar. Namun itu semua tidak disediakan dengan paket belajar yang kita diinginkan.
Ini fakta. Bukan klise.
Tak ada yang lebih tahu. Hanya orang yang lebih dulu masuk. Bisa aja orang yang lebih dulu masuk, tidak lebih tahu dari anda. Lalu?
Sebagai teman belajar. Berbagi bareng. Seperti orang yang kelaparan, yang terpenting bagaimana caranya adalah bisa kenyang bareng. Itu contoh.
Bagaimana dengan keadaan suratkabar kita? Sudah meningkatkah jumlah pembaca nya? Ini teramat penting sebagai penghargaan. Tak perlu prestasi juara 1,2 atau 3.
Jika kita sebagai pemain. Ingat jangan bermain di dalam kandang terus. Seputar kampus yang dunia nya sempit. Wajar saja insting kita tipis lama-kelamaan. Tapi tidak begitu juga. Dunia pers yang begitu luas. Juga bukan mengabaikan kehidupan sehari-hari kita di kampus.
Orang selalu berpikir berita hebat adalah berita besar. Tidak juga! Padahal banyak perubahan besar yang bisa ditemukan dari hal-hal kecil. Radikal adalah jawaban nya. Radikal adalah media bermain yang luar biasa. Asal aktor didalam nya bisa mengendalikan dan membuat bisa. Ya,kalian sendiri.
Bukan dibungkam lalu diam. Tapi bekerja melawan. Karena dia oRA weDI diceKAL.
Surat Perasaan
Aku merindu. Mengutarakan yang sesungguhnya. Mengenali perasaan tanpa imbalan. -GRP-
Tak perlu keterampilan yang tinggi. Begitu intim tapi bukan juga gampangan. Begitulah 'Rindu'. -GRP-
Tak perlu keterampilan yang tinggi. Begitu intim tapi bukan juga gampangan. Begitulah 'Rindu'. -GRP-
Wednesday, March 14, 2012
Populer
Jeans, begitu kuat dalam mengekspresikan identitas. Merk yang bermain. Seperti jubah raja, dimana disitu ada makna kelas sosial. Ini merupakan nilai penting bagi anak muda. Sebagian anak muda lebih tepatnya. Dilihat-lihat kelompok sebagian ini makin luas, hampir beberapa kelas sosial pun menuju merk yang populer demi menyandang identitas.
Petersaysdenim misalnya, tentu saja pabrikan jeans asal Indonesia ini cukup tenar di khalayak umum. Kekayaan semiotik dari nama,lambang dan produk nya mampu menarik banyak peminat awam. Serentak dan begitu fashionable.
Dimulai bermain di rumput Amerika. Sesuatu apapun bila sudah tenar di Amerika, akan tenar diseluruh dunia. Begitulah kecanggihannya. Menaruh perhatian penting dalam mengkonstruksi makna diri,identitas sosial dan hubungan sosial.
Jeans dikaruniai ideologi. Produsen juga tidak bermaksud mempromosikan ideologi tersebut. Tapi ini merupakan cara ampuh untuk bertindak dan mendemonstrasikan produk nya. Menguntungkan. Masyarakat begitu loyal jika sudah begini, mengenal merk yang sudah terkenal.
Jeans dikaruniai ideologi. Produsen juga tidak bermaksud mempromosikan ideologi tersebut. Tapi ini merupakan cara ampuh untuk bertindak dan mendemonstrasikan produk nya. Menguntungkan. Masyarakat begitu loyal jika sudah begini, mengenal merk yang sudah terkenal.
Tak peduli finansial, yang penting puas.
Raisa
Legipait
Jari-jari nya begitu lentur menari bersama tuts-tuts electric piano. Menangkap kehangatan kota diantara rintik hujan. Basah. Mendiamkan juga memecah keheningan dan kebekuan suasana. Gadis itu memainkan lagu possibility di akhir pertunjukkan nya.
Rumah ini begitu ramah. Arsitektur yang menujukkan wajahnya sudah berumur tua dan isi propertinya. Tetap terjaga, utuh seperti asli nya. Penampilan nya yang tetap bisa bertahan dalam zaman metropolis yang terus mengamplas budaya.
Senin adalah waktunya ‘live music’ dan rabu adalah ‘telling story’ dan kamis ada ‘garage sale’. Lalu hari lainnya ada apa?
Mengobrol sambil menikmati kopi racikan khas nya. Itulah aktivitas hari-hari lainnya. Sebuah obrolan kehidupan yang manis. Interaksi bertemu dengan orang baru merupakan sesuatu yang manis. Dan kopi adalah penyeimbang sebagai pahit. Sehingga kopi itu tidak terasa pahit jika ada sebuah obrolan/aktivitas. Legi dan juga pait. Dalam bahasa jawa. Manis pahit atau mungkin pahitmanis.
Kesatuan yang komplit. Music, stories, coffee. It's all in Legipait. Hmm..
Menyeruput kopi seperti dirumah sendiri, pengunjung lainnya ibarat teman-teman anda sendiri yang datang pesta dirumah anda. Penuh kebersamaan. Romantis.
Rumah klasik
Gaya tua semangat muda
Menemukan sesuatu yang engga pernah kalian temukan sebelumnya
Keceriaan manis tanpa pahit.
Begitulah aku mengartikan ‘Legipait’.
Kini
Jika awalnya, "techne" bagian dari usaha untuk memahami dunia, kini tampaknya teknologi menjadi bagian dari usaha mengaburkan dunia.
Mempermudah..
Menarik sekali untuk disetubuhi..Daya tarik nya besar sekali.
Terlena..
Terlena..
Urusan manusia yang pokok bahkan terlewatkan.
Jangankan itu, urusan pribadi pun untuk bersama jadi terbengkalai.Sungguh, teknologi magnet terbesar saat ini.
Berpenampilan secepat perkembangan teknologi.
Semuanya harus serba cepat. Setia pada teknologi.
Tak terhindarkan. Tapi saya tak mau terbelakang.
Apakah saya telah dikuasai teknologi?
Apakah saya telah dikuasai teknologi?
Wednesday, March 7, 2012
Logat
Kali ini tentang bahasa. Bahasa betawi.
Bahasa yang menurut saya kurang enak didengar. Dalam hal apa? Apalagi sebagai pengajar. Lucu juga memang. Tapi tetap saja tak pantas. Karena pengajar harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik dalam menyampaikan materi nya,bukan bahasa daerah nya.
Logat? bawaan suara dasar. Aku pikir logat bisa diubah, karena itu kebiasaan. Tak masalah, yang penting pandai-pandai lah beradaptasi. Tak bisa diubah? Bisa.
Bahasa seperti kau berbicara dengan kawan, orang dirumah,sah-sah saja kau menggunakannya. Tapi tidak untuk hal-hal resmi. Ini suatu bentuk ketidaksukaanku dan ketidakterimaanku. Bahkan ini merupakan ketidakmampuanmu dalam berdialek bahasa resmi.
Bukan gaul juga. Tapi norak. Sadari itu.
Subscribe to:
Posts (Atom)